Oleh : Nabilla Fatmawati Maulla
Pendidikan karakter merupakan aspek penting dalam membentuk siswa yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki nilai-nilai moral dan etika yang kuat. Di tengah perkembangan zaman yang semakin pesat, pendidikan karakter perlu ditransformasi agar relevan dengan tantangan yang dihadapi oleh generasi muda saat ini. Salah satu pendekatan yang dapat diimplementasikan adalah Project Based Learning (PBL). Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan keterampilan akademik tetapi juga memperkuat pendidikan karakter melalui pengalaman nyata dan interaksi sosial. Konsep pendidikan seperti PBL merupakan jawaban yang tepat dalam menghadapi tantangan dalam mewujudkan Generasi Emas tahun 2045. Pendidikan berperan dalam mencerdaskan kehidupan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat. Hal tersebut sejalan dengan fungsi pendidikan nasional Indonesia yang telah dirumuskan dalam pasal 3 UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai berikut. “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Memanfaatkan kemajuan IPTEK sebagai media yang positif dalam mendukung pembelajaran. Seperti penelitian Kartikawati dan Hendrik (2017) bahwa pemanfaatan media seperti adanya PBL berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat (Ismail,2021). Berdasarkan latar belakang ini, tujuan dari penulisan ini yaitu untuk mengetahui bagaimana Transformasi dan Pelestarian Pendidikan Karakter Melalui PBL pada Generasi Muda.
Project Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang cukup potensial untuk memenuhi tuntutan pembelajaran. PBL bertujuan memecahkan permasalahan dengan mengangkat dari peristiwa sehari- hari di mana peserta didik memiliki kesempatan untuk menemukan pengetahuan baru dihubungkan dengan pengetahuan prasyarat. Menurut Maduretno, T.W. (2018), dalam pembelajaran berbasis proyek, peserta didik dituntut berpartisipasi aktif untuk menciptakan solusi inovatif terhadap masalah melalui pengalaman yang dialami. Pembelajaran berbasis proyek menuntut belajar yang bersifat kolaboratif. Transformasi pendidikan karakter melibatkan perubahan dalam pendekatan, metode, dan strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima informasi, tetapi juga sebagai aktor aktif yang terlibat dalam proses pembelajaran. Dengan cara ini, siswa dapat belajar dari pengalaman langsung, memecahkan masalah, dan berkolaborasi dengan orang lain, yang semuanya sangat penting untuk pengembangan karakter. Melalui PBL, siswa dihadapkan pada situasi nyata yang menuntut mereka untuk menerapkan nilai-nilai seperti tanggung jawab, kerja sama, dan kepemimpinan. Misalnya, dalam proyek yang melibatkan pemecahan masalah sosial di lingkungan mereka, siswa belajar untuk mengenali pentingnya peran mereka dalam masyarakat dan mengembangkan rasa empati terhadap orang lain. Pendekatan ini juga mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, dua keterampilan yang sangat dibutuhkan di era modern ini. (Natadadya, 2022)
Dalam hal ini pelestarian pendidikan karakter akan dilakukan secara berkelanjutan dan terintegrasi dalam setiap aspek pembelajaran. Dengan menggunakan PBL, nilai-nilai karakter dapat ditanamkan dalam setiap kegiatan proyek yang dilakukan oleh siswa. Setiap proyek dapat dirancang untuk mencakup elemen-elemen karakter seperti kejujuran, integritas, dan rasa hormat terhadap orang lain. Misalnya, proyek pengabdian masyarakat yang melibatkan siswa dalam membantu komunitas dapat mengajarkan nilai-nilai sosial dan tanggung jawab. Dalam prosesnya, siswa belajar untuk menghargai kerjasama, saling menghormati, dan memahami pentingnya kontribusi mereka terhadap masyarakat. Dengan melibatkan siswa dalam proyek yang menuntut interaksi dan kerja sama, mereka tidak hanya belajar tentang konten akademis tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai karakter yang dibantu oleh guru dalam proses pembelajarannya. Guru memiliki peran sentral dalam proses transformasi dan pelestarian pendidikan karakter. Sebagai fasilitator, guru perlu merancang PBL yang relevan dengan konteks sosial dan budaya siswa. Selain itu, guru juga harus mampu menanamkan nilai-nilai karakter dalam setiap interaksi dan kegiatan belajar mengajar. Pendidikan karakter melalui PBL juga memerlukan penilaian yang holistik. Penilaian tidak hanya berfokus pada hasil akhir proyek, tetapi juga pada proses yang dilalui siswa. Melalui refleksi diri dan umpan balik, siswa dapat mengevaluasi perilaku dan sikap mereka, sehingga meningkatkan kesadaran akan pentingnya karakter dalam kehidupan sehari-hari.