Lulus MAN, aku harus kuliah!!. Itu prinsipku, entah tiba – tiba dalam hatiku bergejolak seperti itu. Tak lain dan tak bukan pada zaman serba digital dan canggih yang mewarnai dunia. Banyak yang kurasakan keadaan dunia saat aku masi kecil sampai sekarang ini, luar biasa perubahan yang terjadi. Hal itulah yang menjadi tolok ukurku untuk menghadapi dunia lebih baik lagi.
Semua tak akan terjadi karena faktor pendukung. Salah satunya meningkatnya kemampuan SDM (Sumber Daya Manusia) untuk membangun peradaban seperti sekarang. Namun, semesta punya cerita.
Perkenalkan aku Zia. Lahir disebuah kabupaten di Jawa Tengah, yang menjadi saksi bisu kelahiranku. Jepara sebuah tempat dimana persinggahan kehidupan dan juga menjadi ikon pahlawan Raden Ajeng Kartini. Ditempat ini, 18 tahun yang lalu aku dilahirkan sampai dengan saat ini.
Kisah yang mewarnai kehidupanku dan hal itu masih teringat sampai sekarang. Tatkala semenjak SD (Sekolah Dasar) yang kebanyakan terbilang masih kecil sudahku lewati. Sebuah situasi yang tidak seharusnya dialami masa kecil pun tak jarang malah sudah biasa kualami. Sebuah istilah yang tak jarang didengar, bahkan semua orang pun mungkin tak asing dengan istilah ini. Yang imbasnya berakibat fatal terhadap kesehatan mental seseorang. Mungkin banyak yang tidak tahan atau malah tidak kuat terhadap hal ini, yaitu bulliying. Perlu diketauhi bahwa hal itu adalah salah satu penyebab down-nya seseorang yang menjadikan rasa untuk takut mencoba sesuatu.
Kejadian itu sudahku alami semenjak berumur sepuluh tahun. Banyak sekali hal tidak pantas yang sering dilakukan oleh orang lain terhadapku. Nah, itulah mungkin juga sebagian besar dialami kebanyakan orang dan aku salah satu darinya.
Semua itu yang terjadi padaku, sempat dahulunya merasa minder karena mendengar ejekan mereka. Tetapi aku tidak putus asa sampai sekarang. Aku yakin bahwa aku bisa membuktikan kepada mereka dengan semangatku yang meronta – ronta.
Dengan sikapku yang terlihat cuek dan bodoh amat terhadap omongan orang disekitarku. Hari demi hari aku belajar dengan dari pengalaman yang sudahku lewati. Sesampai mulai masuk MA (Madrasah Aliyah) tanpa kenal lelah dan susah payah, disinilah bisa kurasakan hasil dari usaha selama ini. Dengan tirakat dan motivasi dari guru dan orang tua itulah yang menjadikan pondasi bagiku agar selalu kuat dalam menghadapi berbagai masalah duniawi yang selalu datang. Apalagi dengan berbagai lemparan kerikil yang berdatangan dari segala arah. Semua itu harus kuhadapi dengan ringan hati. Dengan ikhtiar dan tawakal sembari berdoa. Alhamdulillah dari kelas 10 sampai kelas 12 selalu mendapatkan peringkat paralel 1 selama tiga tahun berturut – turut dan juga aku mendapat predikat siswi terbaik di sekolah dan beberapa prestasiku dalam ke-organisasian di sekolah. Sampai – sampai semua guru mengenaliku dan membicarakanku atas pencapaianku tersebut. Kejadian itu semua terjadi karena bulliying terhadapku yang tanpa sadar hal itu bisa merubah hidupku hingga cara berfikirku . Dan secara tidak langsung dalam hati, aku berterima kasih kepada mereka yang sudah memberikan bulliying kepadaku.
Ketika beberapa hari atas hasil pencapaianku, lagi – lagi ada sebuah harapan yang timbul pada hatiku, “Apakah bisa aku melanjutkan pendidikan jenjang kuliah?, Ah..sudahlah jangan terlalu berharap orang tua yang pas – pasan dan untuk biaya sekolah sekarang saja sudah susah payah meskipun sudah mendapatkan beasiswa”, batinku.
Suatu hari di madrasahku ada pendataan siswa yang melanjutkan keperguruan tinggi, semua siswa berkumpul di masjid madrasah. Dan salah satu guru bertanya, “Siapakah disini yang ingin melanjutkan kuliah?”.
“Saya bu…”. jawabku dengan spontan dan tanpa berfikir biaya yang diperlukan nantinya. Dan bisa dibilang imposible.
Dengan bermodal nilai rapotku yang tinggi dan beberapa prestasiku lainnya, bersiaplah aku menyiapkan berkas – berkas yang dibutuhkan nanti. Aku memilih UIN (Universitas Islam Negeri) karena selinier dengan sekolahku yang berbasis agama.
Dengan modal nekat, dijalur PTKIN aku mendaftar dengan pilihan di Jawa Timur. Meskipun beda provinsi dari tempat kelahiranku, entah mengapa aku yakin dengan pilihanku dan seperti ada magnet yang menarikku menuju kesana. Sebuah keinginanku yang besar untuk berkuliah dikota.
Suatu hal yang tak pernah terbayangkan “Nanti kuliah bayar pake apa ya?”, bisik hatinku..
Tanpa kenal lelah seiring berjalannya waktu. Perasaan yang cemas selalu menghantuiku, dan disaat itulah aku melibatkan Allah disetiap doa. Berharap ada sebuah keajaiban untuk merubah keadaanku ini. Aku mendengar beberapa orang berkata, “Ngapain kuliah sampe jauh – jauh kesana..apa bisa bertahan? Atau malah jadi gelandangan..”. Sudah biasa aku mendengar kalimat itu, meskipun begitu ambisiku tinggi untuk menimba ilmu disana.
Hari terus berjalan dan jelang pengumuman, ayah tiba – tiba bertanya “Nak.. kamu kuliah ta? Daftar dimana?”. Akupun menjawab “Iya ayah, minta do’anya insyaAllah antara Malang dan Surabaya”, jawabku.
Seketika itu ayah terdiam dan merenung, tapi aku paham tentang apa yang pikirkan dan pasti terbesit dalam hatinya yaitu soal biaya. Disaat itulah aku belum bisa meyakinkan hati ayah.
Tiba pengumuman, ternyata alhasil keterima di UIN Sunan Ampel Surabaya. Alhamdulillah… tak karuan rasanya semua itu tak lepas dari pertolongan Allah dan doa ayah ibu kepadaku. Sebatas dengan modal yakin suatu yang impossible pun bisa menjadi possible.
Saat – saat waktu mendekati untuk membayar UKT awalnya bingung mau bayar gimana..uda jadi beban keluarga sangat malu rasanya jika meminta kedua orangtuaku, akhirnya tanpa banyak berfikir segera aku meminjam uang saudaraku “Aa.. gapapa yang penting jangan minte ke orangtua” prinsipku!!. Tetapi hatiku berbisik, “Bagaimana cara mengembalikan uang itu? Ahh..sudahla, gatau pikir nanti aja yang penting selesai persyaratannya,,” nekatku…
Selesai itulah aku mulai mencari berbagai info beasiswa. Akhirnya aku tertarik dengan salah satu beasiswa dan mencoba mendaftarnya, salah satu program dari pemerintah yaitu KIP – K. Mulai dari pemberkasan sampai tahap terakhir selalu diiringi rasa cemas seperti antara hidup dan mati.
Sampai akhirnya aku teringat salah satu pesan guruku, dan dengan rasa yakin dan bismillah akhirnya mulai tahap seleksi pertama sampai wawancara akhir dinyatakan lolos. Dan tidak pernah terbayang juga, ini bertanda Allah masih memberikan aku kesempatan untuk memjadikan diri ini lebih baik dalam mengemban amanah kedepan seiring majunya peradaban dunia.
Dengan mendapatkan beasiswa ini aku lebih tertantang untuk bisa berkuliah tanpa memikirkan biaya dan memberatkan kedua orang tua. Menjadi mahasiswa yang mandiri adalah sebuah kebanggaanku.
“Bermimpilah! Dengan bermimpi, tetapi jangan sampai tertidur. Apabila belum terwujud, YAKINLAH pasti Allah akan mengganti dengan yang lebih baik untukmu dan jalan kesuksesan itu banyak seperti halnya jalan menuju roma..” (Tsabita Fauziah).
Itulah salah satu kata motivasiku untuk bangkit dan berproses kedepannya, selagi punya tangan tuk berjuang dan kaki tuk melangkah jangan takut!! Tiap manusia mempunyai jalan yang berbeda – beda dalam meraih kesuksesan, jangan iri pada orang lain.. kamu hebat menurut versimu sendiri kok.. Dengan keadaan semesta yang keras ini..cobalah peka dengan semesta.. pahami agar engkau dipermudah dengan semesta yang indah ini…Karena Kamu Bisa!!! Itulah semesta, punya cerita didalamnya.. dan kamu adalah pemain didalam semesta ini. Kamu Hebat Jika Bisa Menaklukan Semesta!.