Salimatus Muntafi’ah-Kisah Inspiratif

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan nama saya Salimatus Muntafiah, biasa dipanggil Atus atau lebih akrabnya Sal. Saya mahasiswa semester 2 Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya di program studi Pendidikan Agama Islam. Saya berasal dari kabupaten Lamongan, tepatnya di Desa Dlanggu Kecamatan deket. Saya alumni dari Madrasah Aliyah Negeri 1 Lamongan di jurusan ilmu bahasa dan budaya. Dengan menulisnya kisah inspiratif ini dikarenakan lomba ini bersifat wajib bagi aliansi mahasiswa Bidikmisi UIN Sunan Ampel Surabaya, lomba cerita inspiratif tentang perjuangan mendapatkan beasiswa Bidikmisi. Tetapi, lebih tepatnya ini hanya sebuah rangkaian kisah biasa. Jadi kisah ini berawal dari saya mendaftar kuliah di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya di program studi Pendidikan Agama Islam melalui jalur mandiri. Dikarenakan saya melalui jalur mandiri, dipastikan uang kuliah tunggalnya di atas golongan 4, tepatnya di program studi Pendidikan Agama Islam uang kuliah tunggalnya tepat di golongan 5 yang menurut keluarga saya biaya itu tidak sedikit. Saya berusaha untuk menggali informasi mengenai beasiswa-beasiswa yang bisa didapatkan di perguruan tinggi negeri, salah satu beasiswa yang saya gali informasinya yaitu KIP-Kuliah. 

Meskipun sistem KIP-Kuliahnya berbeda dengan sistem KIP-Kuliah di perguruan tinggi negeri yang umum, tetapi saya selalu bersyukur atas rezeki yang diberikan Allah kepada setiap hambanya. Sedikit demi sedikit saya mulai mengumpulkan atau memenuhi persyaratan yang diminta oleh panitia KIP-Kuliah, mulai dari scan ijazah, scan raport sampai meminta surat kematian orang tua di balai desa. Sudah sebanyak dua kali saya mengunjungi Balai Desa, namun hasilnya nihil karena setiap saya datang ke balai desa, selalu ada tamu kalau nggak gitu ya ada rapat. Untuk yang ketiga kalinya saya datang ke balai desa, akhirnya bisa menemui pegawai Balai Desa meskipun harus menunggu agak lama karena sedang mengikuti rapat. Saya pergi ke balai desa ditemani dengan ibu saya, karena di setiap perjuangan atau di setiap apa yang saya lakukan untuk mewujudkan impian, saya selalu ditemani oleh ibu saya di samping saya. I Love You Mom. Saya selalu bangga dengan Ibu saya karena di setiap perjuangan saya untuk mewujudkan impian, Ibu selalu mendukung apapun yang saya lakukan, meskipun terkadang Ibu menjadi salah satu alasan saya untuk tidak melanjutkan perjuangan. 

Tahap demi tahap saya lalui, dan bersyukur saya lolos di tahap KIP-Kuliah tahapan pertama, namun Ibu tetap merasa kurang bahagia karena takut di tahap kedua saya tidak lolos. Tetapi saya selalu meyakinkan Ibu bahwa saya pasti lolos, karena Allah selalu memberikan rezeki yang tepat untuk setiap hambanya. Pada saat pengumuman KIP-Kuliah tahap kedua, Ibu sedikit cemas, karena yang ada dipikiran Ibu, saya tidak lolos di tahap KIP-Kuliah ditahapan kedua karena pengumumannya tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan sebelumnya. Tetapi saya berusaha untuk meyakinkan ibu bahwa pengumumannya itu selalu di undur undur undur undur undur aja terus diundur-undur terus, sampai Ibu tuh selalu kepikiran, dikarenakan dikira saya tidak lolos beasiswa. Dan pada akhirnya pengumuman, saya sedikit kesulitan untuk mencari nama saya dan pada akhirnya saya menemukan di urutan 100-an, dan bilang kepada ibu. Awalnya Ibu saya tidak percaya, karena sebelumnya pengumumannya itu selalu di undur undur undur undur terus. Setelah itu, aku menelpon teman saya untuk membuat laporan kepada ibu bahwa saya dinyatakan lolos Beasiswa KIP-Kuliah. Dan ya alhamdulillah Ibu percaya, dan ibu sangat bersyukur. Tetapi, perjuangan saya tidak berhenti sampai di situ, karena untuk mengumpulkan berkas-berkasnya, harus mengumpulkan di lobby Kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. 

Saya berangkat dari rumah bersama dengan teman mengendarai kendaraan roda dua. Pada awalnya, ibu khawatir karena saya belum pernah mengunjungi kampus UIN Sunan Ampel Surabaya mengendarai sepeda motor roda dua dari Lamongan ke Surabaya. Ibu selalu menelpon ditengah-tengah perjalanan, dikarenakan Ibu takut saya dan teman tidak menemukan kampus UIN Sunan Ampel Surabaya, dan malah tersesat di Surabaya. Pada awalnya, saya diminta Ibu untuk berangkat diantar kakak, namun kakak saya tidak mau mengantarkan karena kakak tidak mau bolos kerja. Jadi, saya memutuskan untuk berangkat naik kendaraan roda dua bersama teman. Dan akhirnya Ibu memperbolehkan saya pergi naik kendaraan roda dua ke kampus. Memang pada awalnya saya bingung mencari jalan ke UIN Sunan Ampel Surabaya karena sempat kehabisan bensin dan tidak menemukan pom bensin di area sekitar. Saya dan teman sempat cemas, namun pada akhirnya menemukan pom bensin, dan membeli bensin, dan berhenti untuk sholat Dhuhur. Setelah itu, melanjutkan perjalanan menuju kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pada awalnya saya sudah menjumpai kampus Uinsa dari jauh. Namun, ternyata salah jalur. Sempat ingin putar balik, tetapi kalau putar balik akan susah. 

Saya memutuskan untuk mengikuti arus jalan dan melewati jalan-jalan sempit seperti perkampungan, akhirnya bisa tembus di jalan raya depannya UIN Sunan Ampel Surabaya. Sesampainya di kampus dan masuk lobi untuk menyerahkan berkas. Kemudian, shalat asar dan melanjutkan perjalanan untuk pulang. Sampai di rumah pukul 8 malam, disetiap perjalanan Ibu selalu menelpon, bahkan saya tidak angkat, ibu meminta kakak untuk menghubungi saya terus menerus. Sempat diminta Ibu buat pap untuk memastikan. Dan sesampainya, di rumah you know lah, pastinya diomelin, tetapi saya selalu menghentikan kecemasan Ibu bahwa saya sekarang ini tidak apa-apa dan sudah berada di rumah. And then, ibu menyuruh mandi dan makan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *