Berbicara mengenai sebuah impian, setiap orang berhak mempunyai impian yang besar tak mengenal latar belakang dari yang kaya ataupun miskin, siapapun bisa mewujudkan sebuah impiannya asalkan dengan semangat dan tekad yang kuat. Ini adalah kisahku dalam meraih sebuah impian, kisah seorang gadis desa yang sederhana yang dilahirkan oleh seorang petani biasa. Pada saat lulus Madrasah Ibtidaiyah (MI) dulu aku ingin sekali melanjutkan pendidikan di pondok pesantren namun dengan halus ibuku memberi pengertian bahwa jika aku di pondok pesantren bapak akan kuwalahan membiayai sekolahku. Akhirnya aku dititipkan ibuku di sebuah asrama Siti Masyithoh yang terletak di Desa Mantup Lamongan disana aku sudah dibiayai sekolah oleh pengasuh asrama sehingga tidak dipungut biaya apapun. Kebanyakan para santrinya yatim piatu sehingga disana aku merasa lebih mensyukuri nikmat Allah SWT dengan mempertemukanku kepada teman-teman yang memberiku energi positif untuk selalu semangat sekolah walaupun mereka sudah ditinggal oleh seseorang yang paling berharga di hidupnya sedangkan aku masih mempunyai orang tua yang lengkap, seiring berjalannya waktu aku mulai melupakan keinginanku untuk melanjutkan pendidikan di pondok pesantren.
Di asrama banyak kegiatan religius seperti pada pondok pesantren, ada program unggulan tahfidz Al-Qur’an yang dibimbing oleh salah satu menantu pengasuh asrama Siti Masyithoh yakni gus Sahal putra dari Alm. KH. Fauzi Romli pengasuh utama pondok pesantren Rafah yang berada di Bogor. Dari masuk asrama aku sudah diwajibkan untuk mengikuti setoran hafalan pada beliau. Gus Sahal selalu memberikan semangat kepada para santri yang dibimbing olehnya, kata-kata beliau yang selalu aku ingat adalah “Salah satu cara untuk memutus rantai kemiskinan adalah dengan pendidikan” beliau sangat berharap para santrinya meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi, beliau percaya orang yang dari keluarga sederhanapun bisa melanjutkan pada bangku perkuliahan sampai selesai, dari motivasi beliau aku mulai mempunyai impian untuk melanjutkan sekolah hingga ke perguruan tinggi. Gus Sahal selalu menceritakan kisah inspiratif beliau ketika masa kuliah, beliau adalah lulusan dari UIN Sunan Ampel Surabaya dari program studi Hukum keluarga Islam, aku sangat mengagumi beliau walaupun dari keluarga yang bisa dikatakan mampu sebab putra dari seorang Kyai namun beliau kuliah gratis sebab terpilih dari salah satu santri berprestasi dari seluruh Indonesia hafidz 30 juz yang lulus seleksi beasiswa dari Kementerian Agama.
Dari kisah yang selalu diceritakan gus Sahal aku merasa mendapat dorongan kuat agar bisa kuliah di UIN Sunan Ampel Surabaya yang akhirnya menjadi perguruan tinggi impianku. Namun kisahku untuk meraih sebuah impian tidak mudah, ada masa ketika aku berada di titik terendah dari segi manapun dalam diriku yakni di bangku SMA. Pada waktu kelas XII SMA Allah SWT sedang mengujiku, teman baik asramaku memfitnahku pada teman-teman kelas yang menyebabkan mereka semua membenciku. Aku merasa terpencil sendirian dalam kelas tidak ada yang mau berteman padaku, setiap pembagian kelompok ujian praktek semua teman sekelasku tidak ada yang mau mengajak aku, dititik itu aku merasa sangat tidak berharga dimata mereka. Aku tidak tau penyebab asli mereka membenciku namun pada akhirnya teman kelas lain mengirim sebuah pesan suara whatsapp yang berisi fitnah teman baikku sendiri. Pada waktu itu aku sangat sedih mengetahui kebenaran yang menyebabkan aku dibenci teman-temanku, yang dituduhkan padahal tidak pernah aku lakukan dan salah satu isi tuduhan itu juga menjelekkan ibuku sendiri. Semua orang pasti tidak akan terima jika menyangkut orang tua apalagi dijelekkan, aku merasa pasrah dengan keadaan yang bisa kulakukan adalah terus berssabar dan menguatkan diriku sendiri bahwa ujian ini pasti bisa kulewati dengan tabah.
Kebencian temanku tidak hanya ditunjukkan secara langsung namun di media sosial pun mereka menyebar aibku dengan menshare story whatsapp bersama teman satu gengnya. Setiap melihat isi story mereka aku selalu menangis, dalam hati aku meminta kepada Allah agar selalu diberikan kekuatan kesabaran yang lebih dan keikhlasan tanpa rasa ingin melawan. Tentunya aku selalu percaya bahwa kebenaran selalu menang itu sudah janji Allah kepada para hambanya. Singkat cerita kisahku dibenci teman SMA ku terdengar sampai kepada ustadzah Zuzun istri dari gus Sahal, beliau langsung menemuiku dan memberiku semangat bahwa setiap ujian yang diberikan oleh Allah pasti tersimpan sebuah akhir kisah yang indah. Sejak mendapat semangat dari ustadzah aku lebih semangat untuk menjalani akhir kisah SMA ku yang bisa dikatan kurang berkesan, ustadzah percaya aku bisa menunjukkan pada mereka bahwa dengan kebencian mereka aku tetap bisa menjadi sosok pribadi yang lebih kuat.
Tepat pada bulan Februari 2020 ada pengumuman siswa eligible atau biasa dikenal sebagai siswa yang berhak mendaftar SNMPTN, alhamdulillah aku termasuk dari salah satu siswa SMA yang masuk pemeringkatan sekolah. Pada waktu itu SMA memiliki peraturan harus memilih salah satu jalur raport, akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti seleksi SPANPTKIN dengan memilih program studi PGMI namun di jalur itu Allah belum menghendaki aku lolos. Perjuanganku untuk meraih impian tak berhenti pada detik itu saja, setelah tidak lolos jalur pertama aku belajar dengan mengumpulkan latihan-latihan soal agar bisa lolos pada seleksi SBMPTN hingga ummi asramaku mencari guru les privat agar bisa mengajariku, ummiku sangat baik terhadapku beliau seperti ibuku sendiri yang memperlakukanku seperti anaknya. Di asrama aku bersyukur sudah mendapat kepercayaan dari ummi sehingga beliau memerintahkan aku untuk membantu mengajar ngaji TPQ Masyithoh yang dirintis ummi sendiri. Jalur SBMPTN aku memilih UNESA dengan program studi PGSD, alasanku memilih program studi pendidikan karena cita-citaku ingin menjadi guru, menurutku guru adalah profesi sangat mulia tanpa seorang guru mungkin aku tidak tau apa-apa. Setelah memantapkan pilihan, aku memberitahukan rencana tersebut pada ibuku namun beliau sempat ragu takut biaya kuliah di UNESA mahal, aku berusaha meyakinkan ibu bahwa jika aku lolos kuliah di UNESA aku akan berusaha mencari beasiswa agar tidak merepotkan beliau.
Bulan Agustus tiba, akhirnya pengumuman kelolosan SBMPTN sudah bisa dilihat dan diakses. Lagi-lagi Allah belum menghendaki aku lolos di jalur tersebut. Di titik ini aku benar-benar down, aku merasa belum mengikhlaskan bahwa aku belum beruntung di jalur itu, aku merasa terpukul beberapa hari hingga menangis tak kenal waktu. Ummi menyadarkanku beliau berkata sesuatu yang sangat berharga sampai saat ini selalu kuingat “Nduk Allah itu sudah punya rencana yang luar biasa bagi hambanya, yang kamu anggap baik belum tentu baik menurut Allah. Mungkin dibalik ketidaklolosan kamu di dua jalur Allah memiliki rencana indah untukmu nduk, kamu harus bisa legowo menerima takdir-Nya”. Sejak detik itu aku mulai menerima semua yang sudah digariskan Allah dalam skenario hidupku, aku mulai sadar mengingat pada waktu itu ibu sedikit ragu saat aku ingin kuliah di UNESA mungkin beliau belum memberi ridho sepenuhnya terhadapku sehingga Allah juga belum meridhoi aku.
Perjuanganku meraih impian tidak berhenti di titik itu, setelah aku dinyatakan tidak lolos seleksi SBMPTN aku mencoba mendaftar dan mengikuti jalur UMPTKIN. Aku berusaha meyakinkan diriku bahwa di jalur ini aku harus kembali pada mimpi dan tujuan awalku yakni impian kuliah di UIN Sunan Ampel. Aku berusaha berdamai pada diriku sendiri walaupun dulu pernah ditolak di jalur SPANPTKIN aku harus mencoba sekali lagi, mungkin dijalur UMPTKIN ini adalah jalur terakhirku untuk bisa kuliah karena jika aku mendaftar mandiri itu tidak mungkin kulakukan sebab aku tidak mau merepotkan orang tuaku. Setiap selesai ngajar di TPQ aku selalu menemui ummi agar di jalur akhir ini aku tidak salah langka, beliau memberiku ilmu yang sangat berharga, jika belum bisa melaksanakan shalat tahajud di sepertiga malam ada cara lain untuk bermunasabah meminta sesuatu kepada Allah yaitu melaksanakan shalat hajat sebelum tidur. Setiap sebelum tidur aku berusaha istiqamah menjalankan shalat hajat. Tepat tanggal 24 Agustus 2020 aku mendapat hadiah terindah dari Allah SWT, aku mendapat tanda hijau yakni aku lolos pada seleksi UMPTKIN pada program studi PGMI pilihan pertamaku seketika aku sujud syukur menangis haru, ummiku ikut menangis haru saat itu. Perjuangan ku selama ini telah dibayar lunas oleh Allah dengan mewujudkan impianku untuk kuliah pada perguruan tinggi impian. Dzikir tak henti-hentinya kupanjatkan aku merasa semua kesedihan yang pernah kulalui seketika sirna sebab Allah telah meridhoiku untuk kuliah di UIN Sunan Ampel.
Setelah dinyatakan lolos aku berusaha kembali untuk bisa berkuliah gratis agar tidak membebani kedua orang tuaku, mereka hanya seorang petani biasa panen hanya tiga kali dalam satu tahun, aku membayangkan jika mereka membiayai kuliah pastinya mereka kuwalahan sedangkan aku masih mempunyai adek. Di UIN Sunan Ampel ada jalur KIP Kuliah dipuruntukkan kepada mahasiswa yang memiliki latar belakang ekonomi yang kurang mampu dan yang paling penting mahasiswa yang memenuhi persyaratan yakni memiliki sebuah prestasi. Aku berusaha dan sangat berharap bisa lolos mendapatkan besasiswa KIP kuliah tersebut. Ternyata Allah memberiku hadiah kembali, aku sangat bersyukur menjadi salah satu mahasiswa yang lolos KIP kuliah UIN Sunan Ampel dari pendaftar pertama KIP kuliah kurang lebih 900 mahasiswa. Di balik semua yang telah kulewati aku merasa ada hikmah yang berharga pada perjalanan hidupku untuk meraih sebuah impian. Aku merasa sangat bersyukur berada pada titik ini, tanpa orang-orang hebat aku tidak akan menjadi seperti saat ini. Mereka adalah kedua orang tuaku, ummi abi asrama, ustadzah Zuzun dan gus Sahal yang selalu memberiku energi positif untuk gigih meraih sebuah impian. Mereka adalah pahlawan dalam hidupku, mereka juga hadiah terindah yang telah diberikan Allah untukku dalam menjalani kehidupan ini. Pesan hidup yang bisa aku ambil yakni ridho seorang ibu adalah modal utama yang sangat penting untuk mempermudah dalam meraih segala sesuatu salah satunya sebuah impian.