Ibukku selalu mengatakan :” Suatu saat tetesan air mata dari cacian orang-orang terhadapku, itulah yang akan membawaku terbang menuju mimpi yang kuinginkan.
Dan aku Khalimatus Sakdiyah, percaya akan hal itu serta menjadikanya doa. Aku berusaha keras untuk selalu rajin belajar dan meletakkan harapan pada Allah sang maha pengatur atas segalanya.
Namun didalam semangatku yang membara, aku mengalami banyak cobaan yang membuatku ciyut dan memperkaya batinku. Mencoba tidak menyerah atas ujian yang Allah berikan agar dapat mengambil hikmah dari setiap ujian itu dan mendekatkanku pada Allah yang telah menciptakan bumi beserta isinya.
Sebagaimana dulu ketika aku sedang menempuh akhir kelas tiga SMA. Disaat teman-temanku banyak yang membuat rencana akan menempuh perguruan tinggi yang mereka impikan. Dan aku hanya diam diantara cerita mereka. Karena ekonomi orang tua yang tidak memungkinkan.
Aku bermunajat disetiap tahajudku dengan doa-doa yang terbaik untuk perjalanan hidupku kedepanya.
“Ya Tuhanku…..Hambamu masih ingin untuk belajar atas ilmu yang kau berikan kepada manusia, maka permudahkanlah jalanku untuk mempelajarinya.”
Di saat itulah Allah menunjukan kuasanya. Ketika tiba pengumuman pengumuman SNMPTN dan aku termasuk dari siswa yang lolos dengan jalur itu. Betapa rasa syukur atas segala kuasa Allah untuk mengabulkan doa hambanya ini.
Setelah lulus SMA, aku sekarang menjadi mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya atau lebih di kenal UINSA. Bertemu dengan orang-orang baru yang membuka mataku untuk menyaksikan berbagai ragam teman- teman dari luar jawa bahkan luar Indonesia yang memiliki latar belakang budaya, adat, dan tempat tinggal yang berbeda. Menjadi satu dengan tujuan mencari ilmu dikampus ini.
Masih teringat, ketika hari pertama aku datang ke surabaya untuk memenuhi registrasi pondok pesantren sebagai tempat singgahku sementara disana. Disaat itu, aku hanya membawa pakaian dan uang saku untuk makan dan keperluan OSPEK kampus yang akan dilaksanakan di minggu berikutnya.
Teman-temanku yang baru datang dipondok, semua sudah membeli almari dan Kasur baru untuk tempat pakaian dan tempat untuk tidur. Sedangkan aku, untuk membeli almari dan kasurpun belum ada uang sebesar itu. Akhirnya untuk tidur, aku menumpang kepada temanku yang memiliki Kasur berukuran lebar dan untuk tempat pakaianku sementara masih didalam koper. Hingga pada akhir bulan ketiga dari awal kedatanganku, aku baru bisa membeli itu semua.
Hari berganti hari, biaya hidup dikota yang mahal dan keperluan sebagai mahasiswa tidak sedikit. Membuatku resah dan mulai mencari beasiswa untuk menunjang biaya hidup dan keperluanku selama di Surabaya.
Windows User |
Ketika menjadi mahasiswa di semester satu, aku mulai menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan untuk mengikuti beasiswa BIDIKMISI . Namun berkas yang di perlukan masih kurang satu yaitu Ijazah SMA. Hingga akhirnya aku gagal dalam proses seleksi berkas.
Disaat itu aku belum memiliki IJAZAH SMA, karena masih memiliki tanggungan yang sedikit besar disekolahku dulu. Dan ibukku belum memiliki uang untuk mengambil IJAZAH itu. Disisi lain aku tidak berani mengatakan pada ibukku mengenai kegagalanku ini. Aku takut mengecewakanya. Hingga pada waktu yang tepat. Aku berani mengatakan yang sejujurnya kepada ibukku.
Tiba-tiba kegelisahanku muncul lagi. Sebagai mahasiswa, aku belum memiliki laptop. Sehingga selama semester satu, aku meminjam laptop kepada teman-temanku dipondok untuk mengerjakan tugas dari perkuliyahan.
Hingga awal semester dua orang tuaku baru bisa membelikanya. Saat itu aku merasa senang karena alat penunjang untuk kuliyah telah ada. Tetapi di lain hal, aku juga merasa sedih. Orangtuaku meminjam uang di Bank untuk memenuhi kebutuhanku ini.
Semester dua yang kujalani diSurabaya tidak lama. Tiba-tiba ketika bulan Maret terdapat pengumuman bahwa kampusku libur karena terjadi Covid-19. Hingga terdapat keputusan dari kampus adanya pembelajan daring sampai waktu yang di tentukan selesai.
Hal ini membuatku tenang juga gelisah. Jika melakukan pembelajaran daring, otomatis uang pengeluaran biaya hidup di Surabaya berkurang. Tetapi hal yang membuatku gelisah karena hasil jualan ibukku menurun drastis, sedangkan aku membutuhkan kuota internet untuk pembelajaran daring.
Betapa berat di musim pandemi Covid-19 bagi semua pedagang kecil termasuk ibukku. Jualan jajan tradisional yang biasanya habis, tiba-tiba menjadi laku sedikit bahkan tak habis sedikitpun. Rasanya ibukku ingin meninggalkan pekerjaan ini, tapi disisi lain belum ada pekerjaan pengganti untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tiba liburan semester dua, aku dan ibukku saling mencari pekerjaan dengan datang kerumah tetangga yang memiliki ternak ayam besar dan aku mendatangi rumah tetanggaku yang membuka BIMBEL di desaku untuk melamar kerja disana. Karena melihat jualan ibukku yang semakin hari semakin besar ruginya, sedangkan kebutuhan sehari-haari yang harus dipenuhi.
Saat ini, hatiku rasanya seperti teriris-iris oleh pisau tajam. Bagaiman tidak, ibukku sebagaai tulang punggung keluarga. Yang harus bekerja keras untuk memenuhi tiga orang dirumah. Satunya suami yang tidak bertangung jawab akan keluarga dan anak- anaknya. Satunya lagi kakakku yang menderita sakit polio sejak kecil, sehingga kedua kakinya lumpuh dan salah satu tanganya tidak berfungsi. Serta aku yang masih menempuh pendidikan sebagai mahasiswa.
Ya tuhan, rasanya aku ingin berhenti kuliyah dan membantu ibu. Aku merasa kasihan denganya. Sedangkan aku tidak bisa berbuat banyak untuk meringankan beban dipundanknya. Pergolakan batinku disepanjang waktu terus memikirkanya.
Hingga pada suatu malam, ketika aku dan ibukku saling bercerita sebagai pengantar tidur. Disaat itu, aku berani mengatakan pada ibukku untuk berhenti kuliyah dan membantunya bekerja. Tetapi ibukku menolaknya dan berakata:
“ Jadilah wakil dari langkah kaki dan mata ibuk untuk melihat luasnya dunia ini, banyaknya ilmu pengetahuan, dan beragamnya pengalaman.”
Dari perkataan ibuk itu, tersimpan harapan yang besar akan anaknya ini. Apa mungkin karena ibukku dulu hanya mengenyam bangku pendidikan sampai SMP dan kemudia dinikahkan, sebagai kebiasaan orang tua dulu yang menikahkan anaknya ketika usia sangat muda. Dan sekarang ibukku terjebak dalam pernikahan yang menyiksa dirinya dan anaknya.
Tiba disemester tiga yang akan kulewati. Seminggu sebelum masuk kuliyah, ibukku dipanggil tetanggaku untuk bekerja sebagai buruh ternak ayam ditempatnya. Dan tiga hari sebelum masuk kuliyah, aku ditelpon tetanggaku untuk membantunya mengajar BIMBEL di rumahnya. Karena tetanggaku membutuhkan satu orang untuk membantunya.
Aku dan ibukku sekaraang sama-sama sibuk mencari uang. Dan baru bisa ngobrol bersama ketika malam hari. Ketika semua pekerjaan telah selesai. Dan tugas kuliyah yang telah aku kerjakan.
Rutinitas yang kulewati terasa berat dan melelahkan. Di hari senin sampai jumat aku harus mengajar di tempat BIMBEL sampai malam. Dan di hari sabtu dan minggu, aku pergi ketempat kerja ibuk untuk membantu pekerjaannya.
Di sela-sela kegiatan kuliyah daring dan kerja. Aku selalu mencari informasi mengenai beasiswa, entah dari instagram, grub beasiswa, dan grub organisasi. Dari semua beasiswa yang aku tahu semua aku ikuti dengan harapan jika lolos dapat membantu biaya perkuliyahan selama menjadi mahasiswa.
Namun diantara semua yang aku ikuti, tidak ada satupun yang lolos. Hal ini terjadi, karena saat seleksi berkas aku belum memiliki IJAZAH SMA. Dan ibukku pun belum bisa menebus IJAZAH SMA ku.
Aku terus berusaha bangkit dari keterpuruknku ini dan semakin mendekatkan diri pada Allah. Hingga pada bulan september, aku mendapat informasi dari teman satu organisasi mengenai akan adanya pembukaan beasiswa KIP-kuliyah di kampus. Dari situ aku mulai mencari informasi mengenai berkas-berkas yang di butuhkan.
Saat aku membaca lampiran berkas yang dibutuhkan, disitu terdapat point untuk menyerahkan foto copy IJAZAH SMA. Bagaima aku bisa memenuhi satu berkas ini, sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari saja susah bahkan sering meminjam uang ke tetangga.
Aku mulai mempertimbangkan ini semua. Hingga waktu yang tepat, aku berani bilang kepada ibukku untuk mengikuti beasiswa ini. Dan mengatakan bahwa aku membutuhkan IJAZAH SMA untuk memenuhi berkas ini. Mengingat dulu aku banyak gagal pada tahap selesksi berkas dikarenakan belum memiliki IJAZAH.
Besoknya ibukku mengambil uang yang disimpan ditabungan. Dan ketika di hitung jumlahnya masih kurang untuk menebus IJAZAH SMA. Dan akhirnya aku dan ibukku mulai meminjam uang kepada keluargaku yang berstatus kaya. Namun dari mereka semua tidak ada yang beniat meminjamkanya dengan alasan berbagai hal.
Tetapi aku dan ibukku tidak menyerah begitu saja. Di saat semua keluargaku tak memiliki rasa iba. Ibukku esoknya meminjam uang kepada majikan ditempat kerjanya. Namun lagi-lagi, majikan ibukku juga tidak berniat meminjamkan uang dengan alasan berbagai hal.
Sudah lima hari ini, rasanya aku dan ibukku berjuang dengan sia-sia. Tak ada orang yang kasihan kepada aku dan ibukku yang pontang-panting kesana kemari. Hingga pada suatu malam, di saat sholat tahajud. Aku dan ibukku berdoa sambil menangis dengaan harapan agar Allah menolong hambanya yang lemah ini.
Di esok harinya, aku dan ibukku pergi kerumah tetanggaku yang kaya. Disitu aku dan ibukku memberanikan diri untuk meminjam uang. Dan disaat itu, tetanggaku tidak memiliki uang sebesar yang ku pinjamkan. Seketika hatiku campur aduk dengan kesedihan. Dan entah harus pinjam ke siapa lagi.
Akhirnya kami izin pulang dengan rasa sedih. Tetapi di saat kami berjabat tangan, tetanggaku menyuruh kami untuk datang kerumahnya. Dia berkata bahwa anaknya yang menjadi dokter gigi akan menginap dirumahnya. Mungkin aku dan ibukku bisa meminjam kepada anaknya.
Malam minggu telah tiba, aku dan ibukku pergi kerumah tetanggaku yang menyuruh kami datang kembali. Dirumahnya terdapat seorang wanita yang memliki usia yang hampir sama dengan ibukku. Dia datang menghampiri kami dan menanyaka tujuan kami datang di malam itu.
Disaat itu, ibukku menjawab akan meminjam uang untuk menebus IJAZAH SMAku sebagai persyaratan berkas mencari beasiswa. Setelah selesai ibukku menyampaikan tujuan kami datang kemari. Tetanggaku berdiri dari tempat duduknya dan melangkah masuk menuju kamar. Entah karena hal apa di bergegas menuju kamar.
Beberapa menit kemudian, Ia keluar dari kamar. Dan membawa uang yang akan dikasihkan kepada ibukku. Serta mendoakanku, semoga aku menjadi orang yang sukses di kemudian hari dan tetap semangat dalam mencari ilmu. Entah ini yang dinamakan pertolongan Allah yang diwakilkan melalui manusia.
Dua hari setelah tetanggaku meminjamkan uang. Tepatnya di hari senin aku pergi kesekolahku untuk menebus IJAZAH SMA dengan proses melakukan cap tiga jari terlebih dahulu. Dan tanda tanda tangan sebagai bukti telah mengambil IJAZAH.
Setelah pulang mengambil IJAZAH. Aku mengumpukan segala berkas yang diperlukan dan mem-foto copy, kemudia meng-Scan berkas yang diperlukan. Diwaktu malamnya aku meng apload ke web yang telah ditentukan.
Seminggu, setelah penyerahan berkas. Tepatya malam hari aku menerima pesan dari temanku dari aplikasi Wattsap dan dia kemudian memberikan soft file yang berisi pengumuman anak-anak yang lolos beasiswa pada seleksi tahap pertama. Diwaktu itu ku mengucap basmalah dan doa sebelum membuka file tersebut.
Aku mulai mencari namaku dari urutan lembar yang paling bawah. Dan sampai lembar ke lima masih belum ada namaku. Hingga aku menuju ke lembaran yang paling atas dan mencari namaku. Seketika aku mengucap hamdalah dan bersujud syukur karena namaku terdapat di nomer lima belas.
Dari seleksi tahap pertama aku berhasil lolos. Dan sekarang aku mulai sibuk mempersiapkan hard file dari dokumen-dokumen yang telah aku apload di tahap pertama. Kemudian aku pergi ke Surabaya pada hari jumat ketika menjelang shubuh dengan menaiki kereta api.
Aku datang ke Surabaya hanya mengumpulkan berkas dan siangnya sekitar jam 12.30 aku kembali stasiun. Dan sampi rumah setelah magrib. Perjalanan hari ini sangat melelahkan karena satu hari berada di kereta api. Aku memilih tidak menginap diSurabaya, karena mengingat uang saku yang kubawa sedikit.
Setelah seminggu proses seleksi berkas. Hari ini waktu pengumuman daftar anak yang keterima di tahap kedua. Namun saat membuka web pengumuman di situ terdapat tulisan error. Akhirnya aku menghubungi temanku yang berbeda fakultas mengenai pengumuman beasiswa KIP-kuliyah.
Beberapa jam kemudian, dia membalas pesanku dan memberi soft file mengenai daftar anak-anak yang ketrima di tahap kedua ini. Seperti biasa sebelum membuka file aku membaca basmalah dan berdoa. Kemudian mencari namaku di lembar pertama dan alhamdulilah aku masih tetap dalam urutan nomer lima belas.
Malam itu rasanya segala pengorbananku terbayarkan. Kemudian aku menghampiri ibukku yang sedang sholat. Aku memeluknya dan mencium pipinya sambil menangis seraya berkata trimaksih atas segala pengorbanannya selama ini.
Dari semua ujian yang aku lalui. Tidak akan sia-sia tanpa ridho Allah. Intinya tetaplah dekat kepada Allah disaat senang maupun dititik terendah. Dan berbaktilah pada ibumu sebagai jalan menuju keridhoan dari Allah.
Selain itu aku memiliki dua mantra dalam hidupku. Dimana aku selalu yakin kepada Allah dalam setiap mimpi, cita-cita, dan harapan yang ku inginkan.
v Waliyi Amalun Birobiyyi La Yukhoyyib
“Percayalah saat kau punya angan kepada Rabb-Mu,Maka Allah tidak akan mengecewaknya, Hanya butuh waktu menantinya, Serta terus berusaha, Dan tak henti memintanya.”
v Allahu Ma’aka
“Ketika dalam kesulitnmu, Orang-orang meninggalkanmu. Itu bisa jadi, Karena Allah sendirilah yang akan mengurusmu.”