Ardy Pujangga – MIN HAITSU LA YAHTASIB

Rembulan Masih Enggan Tersenyum

        Malam terang. Lebih malah, sinarnya tiada tara jika dibandingkan apapun itu. Mendungpun tiada sedikit goresannya dilangit, Bintang gemintang benar benar cerah menghiasi dasar angkasa tak bertepi. Angin malam menerusuk menembus pori setiap insan yang merasakan. Sejuk, itulah yang dirasakan setiap orang dimalam itu benar benar sejuk dan benar benar tenang angin malam itu. Namun sangat kontra dengan apa yang dirasakan seorang pemuda yang merenung dibawah atap atap langit ilahi. “Faakirul ilmi” sebutan bagi dirinya,dari siapa?….ya pasti bukan dari orang lain,mana ada orang berani menyebut teman atau orang lain dengan sebutan demikian, apa pentingnya bagi orang orang memberikan sebutan bagi orang yang keberadaanya pun seperti ketidak adanya….iya sama,tidak ada pengaruh bagi orang orang dalam keberadaanya,benar benar orang yang biasa saja. Mungkin jika ada kelebihan yang dimilikinya,Bebanlah kelebihanya….ya beban keluarganya terutama. Di usia yang sudah bukan kanak kanak lagi tidak ada hal yang bisa dibanggakan orang tua atasnya,makan masih minta,jajan masih minta,disekolahkan dari kecil sampai dewasapun tak enggan bersyukur dan bekerja supaya membalas budi atas uang yang dihabiskan orang tuanya untuk biaya sekolahnya yang tak terhingga itu. Kuliahlah keinginanya setelah lulus Ma…untuk apa sebenarnya hakikat kuliah menurutnya…mencari ilmu?..itu mungkin memiliki nilai 25 dari 100 dari tujuanya,dan 75-nya adalah gaya gaya.an saja. Ar….iya Ar-lah panggilan yang kerap dilontarkan teman teman dan orang sekitarnya ,Namanya tak sependek itu..ya tapi mana ada orang memanggil dengan panjang lebar,apa untungnya. Ar  menyebut dirinya sendiri demikian bukan tanpa sebab…ya fakirul ilmi adalah bahasa arab,mungkin seperti kebanyakan orang tau faakir atau fakir adalah orang yang tidak memiliki apa apa,orang yang sangat berkekurangan…namunkenapa Ar menyebut dirinya dengan faakir ilmu. Puncak tujuanya adalah sebaliknya….ia ingin bahwa dirinya tau dan terus tau bahwa ketika seseorang memiliki pengetahuan atau ilmu bukan merasa cukuplah dan menyombongkan diri yang patut dilakukan, Namun merasa kurang dan kuranglah kewajiban sejatinya pencari ilmu. Jadi Ar menyebut dirinya faakirul ilmi karena ingin selalu merasa kurang akan ilmu dan jawaban dari kekuranganya adalah mencarinya…ya mencari dimanapun dan sampai kapanpun itu, ia akan tetap mencari dan terus mencari.

 Ditengah semburan angin malam tipis,merenunglah yang bisa dilakuakan Ar setelah kedua kalinya ia mengalami kegagalan dalam meraih mimpi besarnya. Kedua kalinya ia di tolak dalam seleksi masuk kampus negeri,banyak pertanyaan yang berkeliaran dalam benaknya……..Ya apasih kekuranganya,kurang pandai? Entahlah…sangat dirasa bukan karena itu,ia memiliki kepandaian diatas rata rata dari teman temanya,paling pandai bahkan. Dalam seleksi pertama masuk kampus negeri yang hanya menggunakan nilai rapor dan sertifikat yang diajukan,nilainya bisa dibilang hampir sempurna ,mana ada angka 8 didepan,sejelek jelek nilainya depanya tetap 9…ya 90.an keataslah nilai  Ar. Namun dalam seleksi tersebut yang ia memilih UNESA dengan jurusan Hukum dan kedua ia Memilih UINSA dengan jurusan yang sama ia tak digubris sama sekali,yaaa… warna merahlah yang diterima dilaman pengumuman seleksi yang dibuka Ar setelah jamaah dzuhur di masjid,bukan seperti biasa dzuhur itu padahal dia istimewahkan dari dzuhur yang lain,dia diamkan diri setelah imam selesai wirid,bukan waktu yang sebentar…hampir sejam penuh ia berdiam dimasjid dan bibirnya keluh dengan lafadz lafadz dzikir dan doa supaya mendapat kelolosan dalam pengumuman yang akan ia baca,Namun apa…haha…ketidak ikhlasan dalam melafadzkan kalam kalam ilahi itu benar benar terbukti,dengan maksud tertentu meningkatkan ibadahnya,bangun setiap malam untuk tahajud,terus sholat dhuha,memperbanyak dzikir tapi dengan meminta imbalan atau hanya untuk maksud tertentu itu tak ada artinya…ya tak terealisasikan. Ia benar benar ditolak di seleksi masuk kampus negeri itu. Hancur….ya hancurlah rasa percaya diri,rasa bangga dengan nilainya,rasa rasa kesombongan yang ia miliki selama ini…bak debu ditumpukan pasir pantai,tak berarti.

          Seleksi kedua yang menggunakan mekanisme yang berbeda,kini tes secara langsunglah format seleksi kedua ini,tetap pada pilihan dua universitas yang awal namun dengan jurusan yang berbeda yakni manajemen…ia berangkat ke tempat tes dengan gagah dan sumringan karena sangat yakin bisa menjawab soal soal tes tersebut dengan bersih. Bagaimana tidak… dalam kondisi pandemi karena adanya virus yang menyerang segala siku bumi yang mengharuskan semua orang berdiam diri,ia habiskan seluruh pagi siang petang malam dan seluruh nafasnya hanya untuk mempersiapkan tes ini,bagaimana mungkin ia gugup atau takut,bahkan sebelum tes di ruang tunggu Ar dengan teman teman yang juga megikuti tes yang sama sekali tak ia kenali,yang lain asik mengusik buku,Hp untuk melihat lihat dan mengingat apa aja yang dipelajari untuk tes itu, Ar dengan santainya hanya menggoyangkan kakinya ke kanan kekiri dengan menggesekan sepatu murahnya kelantai yang sangat bersih tak berdebu,minum air botol bukan hasil beli tapi hasil dari bawaanya dari rumah sendiri dan ditemani roti coklat kesukaanya….”kriuk krekkkkk”….”eemmmmmz”..suara dari mulutnya terdengar jelas suara gigitan roti,dengan keadaan hening dan saling tegang suara sekecil itu memang sangat jelas.

     Gagal…Gagal….Gagal….iya,si faakirul ilmi..jagoan semua orang gagal lagi dalam seleksi masuk perguruan tinggi,dalam laman pengumuman seleksi kedua ini merah lagi jawabanya. Dunia gelap rasanya bagi Ar.Orang tuanya juga tak seperti biasa terus membuang muka dan tak menganggapnya ada,ya bagaimana lagi…..setelah pengorbanan memberikan uang disaat pandemi untuk beli buku persiapan tes itu yang mungkin bisa dibuat makan dua minggu lebih,apa yang diperoleh? Kegagalanlah hadiah dari anaknya.

“ Besok pergilah cari kerja entah ngapain,buat apa dirumah ada pengangguran dipelihara” Ayah Ar angkat berbicara,dengan tak sedikitpun menengok Ar dalam lamanya keheningan rumah.

“ Iya..Insyallah” itulah yang keluar dari mulut Ar di sela sela kesedihanya,bukan semangat dan motivasi untuk bangkit yang ia dapatkan,Tapi ocehan kemarahanlah yang ia dapat.

       Ibunya yang biasanya sangat mendukung Ar dan menyemangati apapun pilihannya ikut mengagetkan Ar dengan kata katanya.

“ Benar sekali yah…buat apa?..tidak ada yang harus didukung darinya..dengan kerja mungkin dia sedikit berguna..apa akan sama seperti adeknya Cuma maen maen dan minta jajan terus” ibunya menimpali ketus.

   Adiknya masih 3 tahun,cantik,lucu dan menggemaskan meski setiap hari kerjaanya minta jajan dan mainan. Ia disamakan dengan adiknya…ya mana ada ga malu anak sedewasa ia dianggap menyusahkan saja. Ia tak mau banyak membalasi,ia kunci rapat rapat pintu kamarnya..ia hanya bingung harus berbuat apa sekarang ini,besok khususnya……ya ia sangat bingung dengan jalan hidupnya sekarang ini..dulu dia di MA adalah primadona dia adalah kakak pengurus OSIS idola adek adek kelas ceweknya…selalu terlihat santai dan terlihat bersahaja,selain itu dia juga sangat keren ketika maen futsal,primadona  guru gurunya,bagaimana tidak dulu ia sangat dihafal gurunya karena kritis dan selalu banyak bicara dalam kesempatan bertanya yang diberikan oleh gurunya ,aaaah itu dulu..sekarang ia adalah sampah,itulah yang ia rasakan….

Rembulan benar benar enggan untuk tersenyum,jangankan untuk bersenyum…Ia enggan menampakan diri karena tertutup mendung mendung kegelapan,,,yaaaa kegelepan hati Ar atas segala kegagalanya.

v  Allah says that “ Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” ( Al Insyirah : 6)

     Gundah gulana merasuk dalam hati Ar….dihujani batu batu kegagalan,dan rintihan rintihan ocehan yang merusuk tajam, segala apa yang dia impikan benar-benar pudar dan tidak ada yang bisa diharapkan lagi sekarang. Entah apa lagi yang akan dibanggakan dirinya itu,hari demi hari hanya berdiam diri dikamar dan terus dimarahi…menjadi kuli bangunan ia lakukan secara terpaksa dimana bibi atau bude ia kerap memanggilnya sedang membangun rumah,berjibaku dengan pasir dan teman teman bahan bangunan lain seperti semen,bata dan lainya itu. Bagi orang yang gagal dua kali dalam seleksi masuk kampus memang menjadi kuli bangunan itu layak baginya…haha..ya sangat layak malahan.

           Kaget bukan kepalang….Ditengah gelapnya hatinya,salah satu ustadz yang ia kenal dulu waktu MA karena sering maen di kantor Tata Usaha atau TU karena urusan organisasi,dan urusan pribadinya menelponya…kriiiing…kriiiing…kriiiiiiiing…diangkat oleh Ar dengan tergesa gesa dan nafas tersenggal kagetnya..karena tiba tiba saja.

“iya benar ini Ar?” tanya gurunya ditelpon

“ iya ini dengan saya sendiri Ar,pak..ada apa ya?”

“ jadi gini…karena sekolahan semakin berkembang pesat dan semakin banyak siswanya,Kami membutuhkan tenaga yang membantu berjalanya kegiatan disekolah,tepatnya bagian adsministrasi di kantor Tata Usaha..” gurunya mulai menjelaskan.dan terus dilanjut..Ar sangat tidak berani memotong penjelasan gurunya

“ Saya tawarkan,kamu disini ikut bantu bantu jadi TU dan bisa kuliah lanjut sini lagi”

           Yaaa begitulah,sekolah Manya memang sangat besar dan lengkap juga dari tingkat kanak kanak,sampi perguruan tingginya juga ada. Akhir penjelasan Ar menjawab dengan pelan.

“ iya pak..saya sangat terkesan,dan kebetulan saya bingung mau ngapain,saya usahkan pak”

“ Ya Ar…nanti kamu akan dapat panggilan dari kepala sekolah untuk interview dan perkenalan”

“ iya pak…saya akan tunggu kabar dari bapak”

           Sinar itu kembali ada dihatinya…benar benar ada,walau kecil hatinya sudah tidak hitam pekat seperti sebelumnya.ia memiliki sedikit semangat sekarang.bagaima tidak…ia sekarang seperti punya harapan baru..Sekolahnya ada di didesa dimana ia ketika sekolah dulu tinggal berdua bersama neneknya yang sudah tua,jadi pertama ia akan bisa menemani neneknya lagi karena kuliah disana lagi,kedua ia akan mendapat pekerjaan tetap selama hidupnya dan tak perlu memikirkan masa depanya mau apa lagi,Semua yang jadi tata usaha disana awalnya adalah alumni baru sepertinya,jadi TU dengan kuliah disana juga. Setelah lulus kuliah mereka  bukan hanya jadi Tu saja,mereka akan mendapat pekerjaan ganda yaitu menjadi guru sesuai kemampuan yang dimilikinya,Jadi guru dan mengabdi disana adalah hal yang selalu ia damba dambakan selalu dan ia ceritakan pada temanya.bagiamana tidak,sekolahnya adalah yayasan pesantren dengan banyak kisah tentang barakah dalam kekhidmahan pengabdian itu benar benar ada bagi mereka. Yaaa itu benar benar hadiah pertama dari Allah setelah kesusahan yang lain,benar benar pertama,karena ribuan hadiah yang lain masih ada.~~

  Hijau…yaaaaaa…..ini benar benar warna hijau,yang menandakan kelolosan dalam seleksi,seleksi apa?..ada apa?…Ar jadi Tu,ia menerimanya?..Ada apa,apa yang hijau?…ya Ar benar benar bosan belakangan ini,karena tak dihubungi lagi oleh gurunya yang katanya akan memaggilnya untuk interview bersama kepala sekolah hampir sebulan lalu,tapi siang ini ketika ia di ajak pamanya yang berprofesi sebagai Sopir Truk antar kota yang pekerjaanya adalah keliling kota satu ke yang lain untuk mengantar barang oleh pelangganya,ia ikut disana,ditruk itu warna hijau itu muncul,dia lolos seleksi kampus negeri…ya benar..ia lolos,bukan gurauan.Sebenarnya dua jalur yang Ar gagal bukan itu saja yang bisa digunakan untuk masuk kampus negeri,ada jalur lain…dan Ar ternyata masih belum menyerah dan mengikuti salah satu jalur yang bernama Umptkin,ia daftarkan diri di jalur itu dan ikut melaksanakan tes yang soalnya sekarang ada bahkan banyak soal agamanya…ya itu makananya dari kecil,mungkin itu sebab ia lolos…diatas  truk ia sangat bahagia..ia meminta pamanya untuk kesamping sebentar,ia turun dan sujud syukur disamping jalan raya yang padat mobil mobil besar lalu lalang,ia tak menghiraukan itu,,ia senang,ia bersyukur dengan sujud syukur dengan bersajadahkan rumput rumput samping jalan,bahkan pamanya sendiri juga geleng geleng kepala,ada apa dengan Ar..mungkin fikirnya.

  Ya perlahan hari harinya sungguh berwarna,tawaran indah dari gurunya,dan yang terbaru adalah kelolosanya dalam kampus negeri,yang ia memilih jurusan ekonomi syariah sekarang. Ayah ibunya juga mulai kembali senang dan bangga tak lagi seperti sebelumnya,semakin senang canda gurau itu semakin menunjukan kebesaran Allah. Ia selesaikan segala adsministrasinya untuk ke kampus negeri yakni UINSA tersebut,selesai dan akhirnya ia mendapat banyak teman baru meski baru lewat media sosial,satu dua ada yang secara langsung dan sangat akrab.ya itu menyenangkan.

       Ar sibuk membayangkan kehidupan kampusnya nanti di atas kasur tipisnya, Terpecahkan suara Hp yang ternyata telpon dari gurunya,yanng intinya meminta Ar untuk le sekolah agar interview dengan kepala sekolah…ya bagaimana lagi,sebenarnya Ar juga sangat berharap dengan tawaran itu,sangat mau bahkan,tapi apa boleh buat,ia sudah mengurusi adsminitrasi kampusnya dan meminta uang orang tuanya untuk membayar biayanya,dengan berat hati ia sampaikan ketidaksanggupan itu pada gurunya,ia ceritakan segala cerita indah itu dan tak luput ia juga menceritakan menunggu panggilan itu hampir sebulan. Akhirnya ketika ia kesana yang ia rasakan hanyalah merasa menjadi kacang lupa kulit,setelah sekolahanya memberikan banyak kepadanya,sebaliknya ketika sekolahanya butuh dirinya,ia malah tidak menyanggupinya….entahlah,ia sebenarnya sangat sanggup tapi waktu itulah masalahnya..waktu menunggu Ar sangatlah lama. Ia sempatkan maen kesekolahan dan megunjungi Maqbarah atau makam pendiri pendiri pondok dan sekolahnya,disana tempak jelas sebenarnya dulu ia sering lewat dan berdiam disana semasa sekolah,ya sangat indah dikenang…disela sela kenangan itu,ia menangis mengingatnya dan seperti meminta restu untuk belum bisa ikut mengabdikan diri dalam sekolah yang dibangun atau didirikan kyai kyai yang Ar ziarahi itu.

v  Sesungguhnya jika kamu bersyukur,pasti kami akan menambah nikmat kepadamu (Ibrahim:7)

          Kehidupan kuliahnya sangat dinikmati oleh Ar…bagaimana tidak ia benar benar antusias dalam perkuliahan itu,meski online atau lewat Hp dan laptop,sungguh nikmat yang luar biasa bisa merasakan rasanya kuliah,benar benar dihafalnya…nasab keluarganya mungkin pertama kali ada yang merasakan kuliah dan ini adalah ia,yaa Ar si faakirul ilmi,sebutan dari dirinya.

           Waktu terus berjalan,ada rasa mengganjal dihatinya,sangat dan sangat megganjal…ya itulah yang ia rasakan meski ia sangat bahagia dengan perkuliahan onlinya. Apa hal itu?…Apa ada kaitanya dengan sekolahnya lagi?…Bukan,bukan itu masalahnya. Masalah yang membuatnya merasa tidak nyaman belakangan ini adalah mengapa dia seperti sekolah dulu tetap sama,mencari ilmu,minta uang orang tua,dan seperti pula untuk kebutuhan lainya,yaaa seperti itukah definisi Mahasiswa,definisi dewasa… yang dimana ia selalu banggakan,aku sudah dewasa dan aku bisa mengatasi semua dengan tanganku….Ahhh bualan semata,faktanya Ar terus bergantung kepada orang tua,hingga akhirnya ia memiliki pikiran untuk bekerja guna membiayai kuliahnya sendiri kelak meskipun resiko kuliahnya akan keteteran kelak. Orang tuanya bukan melarang bahkan mereka juga merasa sama seperti yang Ar rasakan,beban…Ar masih terasa menjadi beban bagi kedua orang tunya,sama seperti waktu Ar sekolah dulu bahkan biayanya kuliah sekarang ini sangat jauh lebih mahal daripada ia sekolah dulu.

           Ramai sekali berita beasiswa ini itu, Ar juga menyermati semuanya,mana yang bisa ia jangkau untuk mendaftarkan diri,sesuai dengan kelebihan yang ia miliki,Ahhh..nihil juga,ia coba beasiswa unggulan namanya  program dari kemendikbud,kesana kemari menyiapkan berkas,baru seleksi berkas aja mentah,benar benar mentah ga ada iktikad baik sama sekali,benar benar kosong hasilnya. Sehingga ia terus mencoba dan mencari cari yang lainya.terus…ya terus ia lakukan,karena ia mau beban orang tuanya tak selalu memberatkan keduaya.

       Allah adalah jalan penyelesaian segala masalah. Hiruk pikuk informasi ini itu,disini disana mengenai beasiwa berhamburan, Ar bingung dan sudah merasa kesulitan. Tapi disisi lain ia tertekan akan pikiran bahwa ia benar benar membebani orang tuanya,yaaa bukan benar lagi tapi sangatlah membebani. Sidewasa yang menjadi beban bertahun tahun,ya itulah dirinya, Ar.

           Satu pamflet muncul di Hpnya, tulisanya adalah “PEMBUKAAN PENDAFTARAN KIP 2020”…yang terpikir dipikiranya saat itu ialah, lowongan sebuah kegagalan lagi,ya lowongan sebuah pemborosan untuk kesana kemari mengurusi berkas ini itu yang hasil akhirnya akan nol,atau gagal lagi. Haha.. untuk apa hal demekian diulangi untuk kesekiam kalinya,bodoh sekali yang melakukanya. Tapi entah apa alasanya,kebodohan itu benar benar ada dan benar benar nyata, Ar tetap ingin mendaftar diri dalam beasiswa KIP tersebut.

           Kali ini ia mengurusi pendaftaran berkas online sendirian,yaa pastinya diHp kesayanganya, selesai semua kesekian kalinya ia mengurusi berkas berkas yang membosankan itu,menunggulah kewajibanya sekarang..ya seperti biasalah menunggu jatah kegagalan daftar beasiswanya yang kesekian kali. Namun anehnya, Ia dinyatakan lolos dalam seleksi berkas tahap pertama dan berhak mengikuti interview online serta menyiapkan berkas berkas selanjutnya. Ia bingung dan senang secara bersamaan,bingung berkas yang disiapkan kenapa banyak sekali dan harus setor langsung lagi dikampus,diama sekalipun kakinya belum pernah menginjak pelataranya sama sekali. Tapi dari sinilah ternyata Ar memiliki garis garis yang berbeda dengan sebelumnya.

        Fakhri, ya teman dekat Ar,dekatlah ia sesekolah dulu dan sering maen bareng,futsal bareng terutama hobi mereka dan ngopi dua ribuan setelahnya..ya itulah kapasitasnya emang..haha. Bersama fakhri lah Ar mulai mengurusi berkas ini itu segala macam,tiada tara penatnya,harus mondar mandir ke fotocopy.an,bahkan ke desa tepatnya ke sekolahanya dulu untuk mengurusi rapor,tanda tangan,legalisir,ya dan teman temanya itulah. Motoran berdua kesan kemari,jajan pentol seadanya untuk menutupi lapar yang menggebu,biasalah dibanding mereka mereka,dalam arti anak anak jalanan yang tak perlu diceritakan lagi betapa pilunya hidup yang mereka rasakan. Alhamdulillah bahkan nikmat kita tanpa kita sadari jauh,dan sangat jauh diatas mereka.

    Hari interview online datang dengan sendirinya,tanpa di undang. Ya tanpa di undang,ngapain juga di undang nanti pulangnya harus ngasih amplop kalau di undang..hahaa. Harinya sama dengan mata kuliah jadi harus ada yang dikorbankan,ya demi hasil maksimal pas interview ga ikut matkul sekali gapapalah. Kebanyakan memang seperti itu adanya,Namun parahnya jadwal yang semulanya dimulai jam 9,dan Ar mendapat jam 10,itu hanyalah cerita dongen semata. Tradisi indonesia ternyata sangat kental,termasuk tradisi telatnya, Jam set 3 sudah,dan ia belum di interview,pupus lagi harapanya. Oh belum ternyata, interview itu terlaksana,Ruang meeting online lah tempat interview itu,segala pertanyaan ditanyakan. Apa pekerjaan bapak ibumu?Gajinya?,Apa  saja kelebihanmu,pretasimu?.. ya banyaklah,untung ini yang menginterview bapak bapak,disisi baiknya tidak secerewet dan sesinis ibuk ibuk kalau nanya,yang pasti ga ada habisnya. Fakhri setelah melaksanakan interviewnya juga cerita ke Ar,yaa dia cerita interviewnya lancar..bagaimana tidak lancar anak itu pandai membantah dan keras kepala,sangat mendukung dalam waktu itu.

           Benar benar Allah itu menambahkan nikmat untuk orang yang bersyukur. Ya Ar dan teman dekatnya Fakhri pun lolos,ia berdua injakan kaki untuk kedua kalinya dikampus dan rasanya lebih bahagia karena kelolosan tersebut sehingga ia kelilingi kampus dengan anggapan inilah surganya kedepan,ya keduanya mengirim fotocopy.an buku rekening atm yang baru dibuat untuk pengiriman jatah jajan bulanan dari beasiswa KIP nantinya…haha,ya bukan jatah jajan saja ternyata lebih intinya orang tua saat ini tidak perlu memikirkan biaya kuliah lagi. KIP ini menanggung biaya kuliah,ada uang atau biaya hidup malahan,sungguh agung nikmat Allah,Ar kini menikmati kuliahnya dengan sungguh sungguh,bagaimanapun sekarang ia tak memikirkan kerja dan beban orang tua lagi karena dibantu kip tadi. Lebih istimewahnya,ini bukan selalu soal materi..walau sebenarnya itu utama…hahaaa. Tapi dalam beasiswa KIP ini ada sebuah wadah,AMBISI namanya yang dimana juga terdapat bimbingan dan ilmu serta pengalaman yang diberikan kakak kakak tingkat mengenai dunia perkuliahan. Selain itu mereka juga rutin mengadakan acara yang bermanfaat baik bagi penerima KIP dan bagi masyarakat terlebih umunya. Ya untuk masyarakat atau umum adalah acara seperti kajian,seminar online, dan pembekalan bagi calon mahasiswa juga ada,banyak lainya. Pengembangan SDM penerima KIP sendiri sangat diwadahi,ya secara mudahnya bagi anggota baru seperti Ar, terdapat banyak kegiatan..termasuk yang besar adalah PENABARA yang di adakan di luar kota,di Pacet Mojokerto tepatnya,bertempat di villa ya enaklah,uang pendaftaranya darimana juga ga pusing pusing,pastinya dari uang yang telah diberikan beasiswa KIP,sangat cukup disisihkan untuk pembayaran dan ikut berpartisipasi didalamnya.

           Puncak dari cerita panjang Ar, Si Faakirul ilmi adalah sedikit inspirasi bahwa Allah tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuanya (Al Baqarah: 286). Seburuk apapun masalah hidup yang kita rasakan akan tergantikan dengan cahaya cahaya indah dari keagungan Allah melalui nikmatnya,ya secara sederhananya kesusahan itu memiliki pasangan ya kemudahanlah pasanganya,maka jika ada kesusahan(masalah) meski kadang tak nampak dzohir ada kemudahan(jawaban) yang pasti dan selalu menyertainya. Dan jangan tanyakan nikmat dan rizky Allah dimana,lewat mana sampainya ke kita,karena sama seperti judul cerita ini. Semua itu kehendak Allah……………

MIN HAITSU LA YAHTASIB…MASYAALLAH

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *