Rahmatika Khodirotus Sholikhah – Tuhan Tak Pernah Ingkar Janji

Aku Rahmatika Khodirotus Sholikhah, dilahirkan di gresik dan dibesarkan dengan perjuangan dan pengorbanan seorang bidadari hebat bernama nurul hidayati. Bukan berarti ayahku tidak hebat tapi waktuku terlalu singkat untuk mengenal kehebatannya.

Dulu, bapak bekerja sebagai supir taksi di Surabaya. Disana disediakan semacam asrama pegawai sehingga pegawai tidak perlu pulang pergi ke rumah selama hari kerja. Jadwal kerjanya cukup padat yakni mulai senin sampai sabtu. Diakhir pekan bapak baru bisa pulang untuk mengajakku jalan-jalan keliling kota Surabaya, termasuk ke mall dan berkunjung ke KBS. Bisa dibilang keluargaku tercukupi. 

Ketika aku berusia 3 tahun, roda berputar. Nenekku sakit parah, kami tidak memiliki cukup uang untuk membiayai pengobatannya. Satu satunya cara adalah dengan menjual rumah yang kami punya. Setelah rumah terjual, aku dan ibu pulang ke rumah ibu di kertosono. Sedangkan bapak tetap bekerja di Surabaya. Biaya pengobatan sudah dibayarkan, namun selang beberapa hari nenekku tak mampu bertahan. Kami berduka.

Tak hanya itu saja, beberapa bulan setelahnya kami mendapat kabar bahwa bapak sakit keras di asrama. Sakit diabetes katanya. Aku dan ibu ditemani keluarga berangkat dari kertosono ke Surabaya untuk menjenguk bapak yang sudah tak kukenal lagi wajahnya. Badannya kurus dan hanya bisa berbaring sepanjang hari menahan sakit di luka kakinya yang kian hari kian parah. Bapak meninggalkan kami menjemput nenek. Aku masih lugu! Belum mengerti arti dari ditinggalkan dan kehilangan. 

Sepeninggal bapak, kami pulang ke kertosono. Aku didaftarkan sekolah oleh ibu lebih awal dari teman temanku. TK Darussalam namanya, sekolah tersebut memberikan keringanan biaya untuk anak yatim. Meskipun keluargaku masih mampu tapi pihak sekolah tetap memberikan bantuannya. Ibu sementara berjualan kacang goreng sambil menunggu surat penerimaan lamaran kerja. Tak lama kemudian saudara di gresik memberitahu adanya lowongan pekerjaan sebagai buruh pabrik di daerahnya. Ibuku melamar disana dan diterima. Karena tidak memungkinkan umtuk pulang-pergi, Akhirnya ibu bekerja dengan menyewa kamar kos. Pulang setiap hari sabtu sore dan kembali pada minggu sore. Sedangkan aku diurus oleh kakek dan mbah buyut.

Setelah 2 tahun ibu mengajakku pulang ke rumah saudara di gresik. kebetulan anak pertama saudara tersebut mengajar di sekolah MI dekat sana dan menjadi bagian tata usaha. Namanya mbak Aris. Mbak Aris lah yang mengurus berkasku untuk didaftarkan di MI Nurul Huda tempatnya mengajar. Syukur Alhamdulillah aku mendapat keringanan biaya SPP.

Ketika aku menginjak kelas dua ibuku menikah lagi. Ayah bekerja sebagai buruh pabrik di dekat tempat ibu bekerja. Ayah baik dan jarang bicara, bukan berarti tak peduli hanya saja caranya peduli padaku berbeda. Beliau menanyakan tentangku kepada ibu secara diam-diam, kadang juga ketika sedang berkumpul bersama. Dari pernikahan ibu dan ayah aku memiliki seorang adik laki-laki. Panggil saja fadli. Selisih 9 tahun denganku. Sejak hamil tua adik ibu berhenti menjadi buruh pabrik dan beralih membuka permak baju dengan bekal keterampilannya di rumah. 

Memasuki SMP aku mendaftar di SMP YPM 5 driyorejo. Prestasiku lumayan baik dan mendapatkan Bantuan Siswa Miskin (BSM) melalui Program Indonesia Pintar (PIP) program ini adalah program yang diberikan pemerintah untuk siswa usia sekolah mulai dari SD, SMP dan SMA. Disesuaikan dengan biaya sekolah normal yang berlaku. Untuk siswa SD sebesar Rp.450.000 SMP sebesar Rp.750.000 dan SMA sebesar Rp.1.000.000. Bantuan PIP ini berlanjut sampai aku lulus SMA.

Menjelang kelulusan yakni kelas 12 waktuku berunding dengan ayah dan ibu. Aku menanyakan persetujuan ayah dan ibu atas keinginanku untuk melanjutkan kuliah di Surabaya. Ternyata diluar dugaan, ayah kurang setuju dengan keinginanku, katanya dirumah saja bantu-bantu ibu. 

Kedua kakak tiriku berkuliah di universitas swasta sehingga memiliki biaya yang agak mahal. Mengingat usia ayah yang semakin tua dan berencana akan pensiun. Aku cukup sadar diri tak ingin membebani orang tua terutama ayah. Sempat sedikit kecewa, namun tidak pernah terlintas dipikiranku untuk berhenti yakin kepada janji Allah untuk menjamin rezeki bagi orang yang menuntut ilmu.

Ikhtiar terus aku lakukan dengan mengikuti berbagai info seputar perkuliahan, khususnya beasiswa kuliah. Setelah berkonsultasi dengan BK sekolah aku memutuskan untuk tetap mengikuti tes masuk perguruan tinggi dengan membidik beasiswa KIP kuliah mengingat sebelumnya aku terdaftar dalam program tersebut. KIP-K adalah salah satu Program bantuan pendidikan tinggi yang diselengggarakan oleh kemendikbud untuk mahasiswa/i yang memiliki prestasi akademik namun terkendala dengan biaya sepertiku.

SNMPTN gagal, SPAN-PTKIN gagal, aku mendaftar UM-PTKIN secara online dengan membayar sebesar Rp.200.000. Selesai mengerjakan tes, tibalah hari pengumuman hasil tes UM-PTKIN. Dengan ditemani oleh ibu dan adik aku memberanikan diri untuk mengklik tombol lihat hasil pengumuman.  Sedikit termenung melihat warna yang tertera dilayar. 

HIJAU!!!

Aku diterima di UIN Sunan Ampel Surabaya prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Alhamdulillah ala kulli haali wa nikmati. Waktu itu aku beruntung mendapat UKT golongan I, yakni sebesar Rp.400.000. UKT yang tergolong murah bagi anak kuliahan. Namun aku tetap mendaftar program KIP-K untuk membiayai keperluan kuliah lain seperti laptop dan transportasi. 

Pendaftaran KIP-Kuliah terbagi menjadi dua tahap yakni pemberkasan dan wawancara. Pada tahap pemberkasan, semua berkas yang hendak dikirim aku cek satu-persatu agar tidak salah ataupun kurang. Meskipun sepele tahap ini menjadi awal pembuktian diri apakah kalian serius ingin mendapatkan bantuan KIP-K atau tidak. Jika kalian serius maka hal tersebut dapat terbukti dari kelengkapan berkas. Setelah lolos tahap pemberkasan selanjutnya yakni tahap wawancara. Alhamdulillah dua-duanya lancar, aku lolos  2 seleksi tersebut.

Aku sangat bersyukur menjadi salah satu orang yang terpilih dari sekian ribu pendaftar.  Hingga semester 2 sekarang aku tidak pernah meminta uang UKT kepada orang tua. Semua tercukupi oleh dana KIP termasuk uang kos dan biaya hidup sehari-hari. Aku merasa bisa kuliah dengan tenang tanpa memikirkan soal biaya. Bagaimanapun dana tersebut bukan diberikan secara suka suka, namun terstruktur dan terdapat tanggung jawab besar didalamnya. Sehingga harus digunakan dengan sebaik-baiknya. 

Allah bukan manusia. Yang ketika kita berharap padanya kita diberi kecewa. Allah tak pernah ingkar janji. Tak pernah berniat menyakiti. Hanya saja Kadang kita diuji untuk mengetahui kebesaran hati. Sanggupkah kita melewati atau memilih berhenti. Jangan patah semangat. Selalu ada jalan untuk kedepannya. Percaya dengan Allah.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *