Selamat pagi dunia, sungguh cerah hari ini, sang surya menyapa dengan hangat walau dengan sedikit malu-malu bersembunyi di balik awan lembut nan putih hari itu. Tiupan angin yang syahdu membawaku pada titik ternyaman kala itu. Salam kenal semua namaku Lia. Aku adalah salah satu siswi di MAN 1 Mojokerto, dan ini adalah kisah perjalanan hidupku, sebuah kisah yang terbingkai begitu indah, hingga tak satupun kata bisa mewakili keindahannya..
***
Deru suara langkah kaki sejenak membangunkanku dari segala lamunan imajinasi yang berputar memenuhi benakku. “Ayo Lia, cepat menuju ruang BK, hari ini adalah pengumuman untuk siswa yang berhak mengikuti tes SNMPTN” Teriak Fira dengan nada agak terburu-buru. “Ah iya” Jawabku singkat dengan tatapan kosong namun penuh dengan pertanyaan. Kami pun segera bergegas menuju ruang BK dan berdiri berurutan menyambung baris antrean untuk menunggu giliran mengecek hasil pengumuman kami. Kini sampailah pada giliranku, jantungku terasa berdegup kencang tak terarah, untuk sejenak tubuhku terasa dingin menggigil dan ketika kudapati kotak hijau bertuliskan “Selamat Anda Lolos dan Berhak Mengikuti Tes SNMPTN Selanjutnya” Entah apakah aku harus berbahagia atau sebaliknya, semua hanya terasa hampa saat itu. Satu persatu dari kami telah melihat hasil pengumuman masing-masing kemudian kami kembali ke ruang kelas dengan reaksi yang tentunya berbeda-beda. Ada yang teriak kegirangan dan ada juga yang menangis dengan penuh kekecewaan, mungkin hanya aku saat itu yang tak merasakan apapun hanya terdiam penuh dengan kebimbangan. Setiap kali ada pertanyaan “Gimana hasilnya?” aku hanya tersenyum dan mengatakan “Alhamdulillah” walau dalam hati aku harus menguatkan diriku dengan kenyataan aku harus menunda impianku untuk bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena salah satu hal yang mengharuskan aku untuk sedikit mengulur waktu agar bisa pergi menjemput gelar ‘mahasiswa’ itu tahun depan. Ya, mungkin awalnya berat, tapi itu sudah menjadi hasil keputusan dan kesepakatan antara aku dan orang-orang terdekatku. Aku yakin semua pasti akan indah pada waktunya.
***
Hari demi hari pun berganti, satu persatu kawanku di masa SMA telah menentukan jalan hidupnya. Ada yang berhasil merebut gelar ‘mahasiswa’, ada yang memilih untuk terjun ke dunia kerja, bahkan ada yang bersiap menuju tahap membentuk keluarga. Semua dengan kisahnya masing-masing, begitu juga denganku. Aku mencoba memanfaatkan waktu yang kupunya dengan melakukan hal apapun selagi itu memang bermanfaat untukku. Walau kenyataannya impian untuk bisa pergi ke perguruan tinggi bersama teman-teman masih sering membayangi, setiap kali melihat status whatsapp teman tentang dunia perkuliahan, terkadang diri ini masih merasa iri dengan semuanya bahkan terkadang air mata ini seakan mengalir bebas sebagai bentuk pelampiasan rasa yang mungkin tak bisa kuungkapkan. Tapi setelah kurenungkan kembali, ini keputusanku, ini jalanku, dan ini takdirku, aku pasti bisa melewati semua ini, AKU BISA !
***
Tak terasa perjalananku di dunia ini sudah hampir mencapai 365 hari. Ketika banyak kujumpai notifikasi mengenai jadwal masuk perguruan tinggi tahun 2020 baik itu SNMPTN, SBMPTN, SPANPTKIN, UMPTKIN, maupun mandiri. Aku mencoba mencari berbagai sumber informasi mengenai jalur masuk perguruan tinggi karena aku berpikir mungkin saat itu adalah giliranku. Saat penantianku selama satu tahun kurasa cukup sudah. Aku pun memutuskan untuk mengikuti tes UMPTKIN sebagai jembatan perantaraku untuk menuju dunia perkuliahan. Walau dengan beribu pertimbangan, “Apakah aku bisa melaluinya? Walau setelah satu tahun aku berdiam diri di rumah rasanya tak satupun materi di sekolah yang kuingat? Apakah aku bisa?” hanya pertanyaan itu yang muncul dalam benakku. Namun berkat dukungan dan do’a dari orang-orang terdekatku, aku pun mantap dan yakin untuk melanjutkan langkah mengikuti tes UMPTKIN tersebut dengan bekal dan usaha semampu yang aku bisa. Hingga pada akhirnya hari itu telah tiba, nasibku serasa diuji, rentetan kata sudah tersusun rapi, dengan hitungan waktu yang terus berjalan mundur. Aku mencoba menemukan setiap jawaban dari soal-soal itu dengan mengandalkan bekal materi yang mungkin tak seberapa, namun aku berhasil melaluinya dan bisa dikatakan cukup lancar untuk seseorang seperti diriku. Kini aku tinggal menunggu hasil, hanya bisa berdo’a dan bertawakkal penuh harap pada Yang Maha Kuasa, setelah beribu usaha yang telah kulakukan, mulai dari harus bolak balik mengurus dokumen ke madrasah hingga tuntutan mencari pinjaman buku persiapan tes masuk ujian perguruan tinggi demi bisa berharap semoga mimpi itu bisa menjadi nyata.
***
Senja kala itu tak senyaman dan seindah biasanya. Pikiran dan benakku dipenuhi kebimbangan penuh harap. Ayah, ibu serta kakakku pun berkumpul menunggu hasil jawaban dari tes ujian yang telah kulalui beberapa hari yang lalu. Suara adzan maghrib pun mulai bergema di seluruh penjuru nusantara, bersamaan dengan itu, penantianku selama ini telah terjawab sudah. “Selamat Saudara Yasmin Firda Amalia, Anda Diterima di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada Prodi Pendidikan Bahasa Arab”. Teriakku serasa memecahkan kesunyian dan air mata bahagia pun perlahan jatuh. Begitu juga ayah, ibu dan kakakku raut tegang mereka seketika berubah menjadi senyum sumringah yang merekah. “Terima kasih Ya Allah untuk kesempatan yang telah Engkau berikan kepadaku” ucapku dalam hati.
***
Kabar bahagia itu bukan akhir dari segalanya, namun itu adalah tanda bahwa aku akan memulai hal baru, dunia baru, dan tentunya tantangan baru. Setelah drama ujian masuk hingga momen pengumumuman hasil kelulusan perguruan tinggi, aku masih harus menunggu hasil pengumuman jumlah uang UKT. Yah aku rasa pengumuman itu jauh lebih mendebarkan daripada pengumuman hasil kelulusan beberapa hari yang lalu. Ayah dan ibuku setiap hari sepertinya selalu mengajukan pertanyaan yang sama “Apakah hasil pengumuman uang UKT sudah keluar?” namun keadaan masih sama, kami harus menunggu lebih sabar lagi. Hingga malam itu, ketika jam menunjukkan pukul 20.15 notifikasi itu muncul, nominal itu pun muncul. Dengan nominal yang jauh dari bayangan kami. Nominal yang sungguh mengejutkan. Rp. 4.400.000 yah bukan nominal yang sedikit bagi kami. Ketika aku menunjukkannya pada ayah dan ibuku beliau hanya terdiam. Aku pun sama, seketika semua sunyi yang dipikiran kami hanya darimana kami bisa memperoleh nominal setinggi itu? Dalam waktu yang tak lama pula. Perlahan aku mundur dari barisan, mencoba menenangkan diriku sendiri. Ketika itu mungkin ayah, ibu dan kakakku sedang berunding diluar dan aku? Hanya bisa duduk menangis dan terdiam di dalam kamar. Hingga ayahku datang dengan dekapan hangat ayah menenangkanku dan mengajakku untuk kembali berkumpul bersama ibu dan kakakku. Dengan langkah tanpa gairah, aku kembali, dan dengan mencoba menegarkan hati walau air mata ini tak lagi bisa dibendung. Aku mencoba merangkai kata “Jika memang aku tidak bisa kuliah, aku tidak apa-apa koq” ucapku lirih. Kemudian ayahku segera menyauti “Tidak usah, itu ada satu sepeda motor yang mungkin bisa dijual, lagi pula jarang dipakai juga, nanti lama-lama malah rusak”. Ibuku pun menyepakatinya, dan satu sepeda motor kami pun rela tergadaikan demi untuk melunasi pembayaran uang kuliahku.
***
Hari pun berganti, hari itu adalah hari dimana aku harus menjemput dunia baru dan meninggalkan tanah kelahiranku. Hari itu masih terlalu dini untuk disebut pagi, bahkan sang surya masih enggan untuk menampakkan diri. Aku, ayah, ibu dan kakakku segera bergegas untuk pergi menuju kota pahlawan. Mengantarkan aku menuju persinggahanku untuk empat tahun ke depan. Sejenak perpisahan yang mungkin sementara itu terasa menyesakkan, serasa jika aku boleh memilih aku enggan untuk melangkahkan kaki jauh dari rumah, tapi ini sudah menjadi keputusan yang harus dijalani demi mewujudkan impian terindah. Perlahan pemandangan pedesaan berganti dengan gedung-gedung pencakar langit yang kokoh nan tinggi berdiri penuh dengan ambisi. Kini aku sampai di kota pahlawan, “Akankah aku bisa melewati perjalanan ini?” pertanyaan yang mungkin hanya aku yang bisa menjawabnya. Sesampailah aku di rumah baruku, Pondok Pesantren Mahasiswa Al Jihad Surabaya, tempat tinggal sementaraku selama empat tahun ini. Aku pun mencoba ikhlas dan tegar ketika ayah, ibu dan kakakku perlahan melangkah pergi dan meninggalkanku di dunia baruku ini. Satu pesan dari ayah dan ibuku untukku “Jaga kesehatan ketika jauh dari rumah, dan coba mencari informasi beasiswa yang ada sehingga bisa membantu keadaan”. Pesan itu yang akan selalu aku coba usahakan untuk mewujudkannya.
***
Hampir satu bulan berlalu. Aku menjalani hidupku sebagai anak perantauan jauh dari tanah kelahiran. Juga jauh dari ayah dan ibu. Beberapa momen istimewa di rumah mungkin untuk beberapa tahun terakhir ini aku tidak bisa menghadirinya. Salah satunya ketika hari ulang tahun ayahku, aku hanya bisa bertukar kabar rindu dan ucapan do’a selamat ulang tahun dari jauh. Beberapa hari sebelumnya aku juga berhasil mecari informasi mengenai informasi tentang jalur beasiswa yang ada, hingga aku temukan beasiswa KIP-K yang merupakan kesempatan emas bagi mahasiswa yang berprestasi namun mungkin secara finansial masih kurang beruntung. Aku mencoba mengikuti perkembangan jalur beasiswa tersebut. Mulai dari jadwal, persyaratan, maupun tahap-tahap yang harus aku lakukan. Beberapa dokumen persyaratan mulai terkumpul, walau tentunya perlu pengorbanan dan usaha penuh untuk mendapatkannya, hingga mengharuskan aku terus berkomunikasi dan merepotkan orang rumah demi terkumpulnya dokumen persyaratan pendaftaran mengikuti beasiswa KIP-K tersebut.
***
Hari itu tepatnya pada tanggal 17 Oktober ba’da shubuh setelah mengikuti kegiatan di pondok, salah seorang senior kamarku menghampiri dan memberitahuku bahwa aku harus segera pulang karena ayahku sakit. Imajinasiku serasa terbayang-bayang “Apa yang sebenarnya terjadi?”. Aku bersama kakak senior kamarku hanya mempercepat langkah menuju tempat dimana pamanku sedang menungguku disana. Diperjalanan aku mencoba membuka handphone milikku dan kudapati banyak notifikasi panggilan tak terjawab dan satu pesan bahwa ayahku telah tiada. Badanku serasa lemas tak berdaya, seketika aku menangis sekeras-kerasnya, mencoba meyakinkan bahwa kabar itu hanyalah bohong dan tak benar-benar terjadi. Dari kejauhan aku melihat pamanku sedang berdiri menungguku dengan tatapan gelisah, dengan mata sembap aku bertanya pada beliau “Ayah?” beliau hanya diam dan menyuruhku untuk segera bergegas. Kami pun menuju perjalanan pulang, selama perjalanan aku hanya bisa menangis dan menangis. Ketika aku sampai di rumah kudapati kerumunan orang sedang berkumpul disana. Duniaku serasa hancur, pelangiku mulai memudar, pandanganku mulai kabur, hingga aku tak lagi merasakan tubuhku. “Ayah aku pulang, tunggu aku, aku pulang, jemput aku, aku rindu!” Hanya itu yang kuucapkan dalam hati memohon itu semua tak pernah terjadi. Semua orang termasuk ibuku mencoba menenangkanku dan menasehatiku bahwa aku harus ikhlas melepaskan kepergian ayahku tercinta. Ketika aku tersadar dan sudah merasa cukup tenang, aku menuju ruang tamu dan kudapati ayahku sedang beristirahat dengan tenang, segores senyum terlukis diwajahnya, namun kusadari bahwa mata ayahku tak lagi dapat terbuka untuk menyambutku pulang. Kupeluk jasad beliau dan kukecup beliau selagi aku bisa sambil berkata di dalam hati “Ayah, putrimu pulang, bukalah matamu, aku rindu”.
***
Hari tetaplah berjalan sesuai dengan kodratnya, selang lima hari dari hari duka itu. Kakakku menjalani wisudanya, ia berhasil menuntaskan studinya dan mencapai gelar sarjana. Beliau adalah salah satu inspirator dalam hidupku sehingga aku bisa tetap tegar berdiri dan bermimpi hingga saat ini. Prosesi wisuda online itu berjalan khidmat walau mungkin duka masih menyelimuti kami, tapi apalah daya semua tetap berjalan sebagaimana mestinya dan kami harus melewatinya dengan senyuman. Hari itu juga bertepatan dengan hari akhir batas pengumpulan berkas persyaratan beasiswa KIP-K untuk mengikuti seleksi tahap pertama. Aku dan pamanku pun bergegas meluncur menuju kota Surabaya lebih tepatnya menuju kampus tercinta Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk menyerahkan berkas-berkas tersebut. Tahap pertama telah terlewati dengan baik, dan aku berhasil lolos sehingga bisa melanjutkan seleksi pada tahap kedua.
***
Selang dua hingga tiga minggu, jadwal seleksi tahap kedua pun akhirnya tiba. Pada seleksi tahap kedua ini aku harus mengikuti tes wawancara. Saat itu aku diwawancarai oleh panitia penyeleksi dari pihak KIP-K, beliau mengajukan beberapa pertanyaan kepadaku terkait kehidupanku, mulai keadaan orang tua, keadaan finansial, jumlah saudara, keadaan tempat tinggal, prestasi belajar semasa SMA, hingga rencanaku pada empat tahun kedepan. Seleksi tahap kedua pun berjalan lancar. Semua proses telah terlaksana, kini tinggal menunggu hasil keputusan. Selang waktu tiga minggu berlalu, pengumuman nama-nama mahasiswa yang berhasil lolos dan dinyatakan berhak menerima beasiswa KIP-K tersebut pun mulai dipublikasikan. Aku meneliti satu persatu nama yang tertera disana, dan kudapati namaku menjadi salah satunya. Sungguh kabar bahagia yang sangat kutunggu kedatangannya. Bergegas aku menemui ibu dan kakakku untuk menyampaikan kabar tersebut, dan betapa bahagianya beliau ketika mendengar kabar tersebut. Hanya rasa syukur yang bisa kupanjatkan pada Allah atas setiap skenario kehidupan yang telah diaturNYA. Aku bisa melanjutkan mimpiku tanpa harus menjadi beban untuk orang tua. Walau mungkin kini ayahku tak lagi ada bersamaku, tapi aku yakin beliau masih memantauku jauh disana. Ayah!!! Semoga aku bisa menjadi putrimu yang bisa mewujudkan mimpi-mimpimu, aku akan berusaha membuat engkau dan ibu bangga kepadaku semampu yang aku bisa. Terima kasih telah mengajariku bagaimana caranya untuk tegar dan kuat demi menghadapi perjalanan hidup yang terkadang mungkin diluar nalar manusia. Satu kuncinya tetap yakin bahwa Allah akan selalu menyiapkan skenario indah untuk setiap hambanya, walau terkadang harus menemui beberapa ujian sebagai penyedap dan bumbu kehidupan. Kini semua tergantung padaku untuk melanjutkan kisah ini hingga menemui Happy Ending sebagai penutup kisah-kisahku.
Tak Pernah Ada Kata Terlambat Untuk Berharap dan Tak Pernah Ada Kata Berhenti Untuk Bermimpi !!!
TAMAT