Melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang tinggi merupakan suatu pencapaian yang dinginkan setiap orang. Namun keterbatasan ekonomi membuat tak banyak orang mendapat kesempatan yang sama. Oleh karenanya pemerintah gencar menganggarkan dana untuk membuat program beasiswa KIPK untuk memperluas cakupan penerima bantuan bidikmisi dalam upaya mencetak berjuta sarjana, mencerdaskan generasi muda bangsa yang berprestasi guna kemajuan negeri.
Nama saya Dina, seorang mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Sebagai penerima beasiswa bidikmisi KIPK, saya akan membagikan sedikit kisah perjuangan saya mendapatkan beasiswa ini, semoga dapat menginspirasi.
Saya merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, kakak saya baru lulus kuliah dan adik saya masih kelas 1 SMP. Selama membiayai kuliah kakak, orang tua saya harus banting tulang dan mencari pinjaman kesana kemari, namun mereka selalu mendukung anak-anaknya untuk tetap melanjutkan pendidikan. Dulunya saya tidak ingin kuliah, karena tak ingin membebani mereka, tapi juga tidak sanggup menolak keinginan orang tua saya agar semua anaknya bisa mengenyam pendidikan tinggi, sehingga saya setuju dan selalu berusaha untuk mencari dan mendapatkan beasiswa.
Setiap kuliah saya selalu diantar bapak, kami berangkat mengendarai motor setiap harinya dari Surabaya barat menuju kampus UINSA kira-kira setengah jam perjalanan itu pun jika tidak macet, sehingga saya usahakan untuk selalu berangkat pagi meskipun matkulnya siang agar tidak terlambat sampai ke kampus. Kalau pulangnya saya biasa naik angkot dengan estimasi waktu perjalanan berjam jam karena menunggu sampai penumpangnya penuh baru jalan, terlebih jika macet di jalan. Meskipun setiap harinya waktu saya banyak terbuang di perjalanan, namun saya menikmati itu semua sebagai proses perjuanganan untuk mencari ilmu. Setiap saya hari banyak berbincang-bincang dengan orang lain di angkot, dari situ saya mencoba untuk mengamati problematika masyarakat sekitar, menelaah dan mencoba mencari solusinya untuk menulis di beberapa lomba esai. Saya selalu berusaha menggunakan waktu untuk hal-hal yang produktif, misalnya ketika menunggu matkul biasanya saya gunakan untuk membaca buku di Perpustakaan, berdiam di Masjid sembari mengerjakan tugas.
Berbagai upaya telah saya lalui untuk mendapat beasiswa, mulai dari pertama saya gagal ditahap wawancara beasiswa di perusahaan swasta. Lalu saya mencoba mendaftar dan lolos beasiswa pemerintah kota, hanya saja pencairannya setahun sekali, sementara tenggat pembayaran UKT setiap semester. Kemudian saya bersama teman saya mencoba untuk mendaftar bidikmisi tahun 2019, berbagai berkas sudah kami persiapkan jauh-jauh hari untuk mendaftar beasiswa ini, namun sepertinya Tuhan berkehendak lain, hanya teman saya yang lolos seleksi pertama tahap pemberkasan.
Waktu itu saya kira tidak lolos karena kurangnya prestasi, sehingga saya gencar mencari lomba-lomba selama semester awal agar nantinya bisa mendaftar beasiswa prestasi. Namun ternyata kegagalan saya mendapat beasiswa bidikmisi tahun lalu salah satunya karena belum klik finalisasi dan itu baru saya sadari sebulan setelah buka inbox pemberitahuan di gmail. Tetapi Tuhan berkehendak lain memberi jalan kesempatan kedua bagi saya untuk mendaftar dan lolos di program beasiswa KIPK ini yang merupakan perluasan dari bidikmisi.
“Setiap orang punya peluang untuk sukses, selama mau bermimpi dan berjuang untuk mewujudkannya. Jika hari ini kamu gagal, berarti selanjutnya usahamu harus lebih maksimal.”