Oleh : Gunawan Jufri
Dewasa ini, kita memasuki era modern dan serba maju. Seiring berkembangnya waktu, seharusnya masyarakat mampu meninggalkan stigma zaman dahulu. Peranan perempuan tidak lagi dipandang secara kaku. Perjuangan emansipasi yang telah dilakukan para pahlawan diharapkan memberikan cara pandang yang baru. Namun, nahasnya, pengorbanan mereka acap kali ditanggapi dengan bisu. Biarpun demikian, perempuan adalah sosok teguh yang dimuliakan dan tak layak diperlakukan seperti pelayan atau pembantu.
Perempuan tangguh adalah mereka yang enggan terjerembap dalam kosakata dapur, sumur, dan tempat tidur. Eksistensi kaum hawa lebih dari itu, bahkan mereka memegang peran penting untuk menumbuhkan bangsa yang tersungkur. Bukan dibuat-buat, tetapi perempuan diibaratkan bak kumpulan cahaya dengan jati diri yang tidak pernah hancur. Hal tersebut tentunya tak sejalan dengan asumsi-asumsi “kotor” milik masyarakat tertinggal guna melihat potensi perempuan terkubur. Salutnya, perjuangan para perempuan akan terus berlanjut untuk mematahkan omongan dari mulut yang sulit diatur.
Perempuan kuat selalu memiliki harapan untuk bebas dan merdeka; mereka tidak akan membiarkan dirinya terkekang dan jarang berkembang. Mereka senantiasa menginginkan perubahan. Perempuan tangguh adalah wujud keberanian yang tidak pernah sirna. Stereotip dari masa ke masa bukanlah hambatan bagi mereka. Kemandirian adalah karakteristik utamanya. Persoalan prinsip atau pedoman adalah kunci bagi perempuan tangguh dalam menjalani kehidupannya.
Pada dasarnya, pemimpin tidak melulu berpihak pada laki-laki. Perempuan hebat dan berprestasi juga berpotensi untuk memimpin negeri. Keraguan masyarakat ketika akan dipandu oleh seorang perempuan perlu dihilangkan. Tak hanya itu, kesempatan seharusnya mampu terbuka lebar untuk para perempuan dalam mengambil andil menggerakkan bangsa. Besar kemungkinan, kinerja mereka akan jauh lebih hebat dibanding ilusi masyarakat. Kita tidak akan pernah tahu ke depannya.
Perempuan tangguh, bangsa tumbuh. Mereka lahir di tengah kerasnya kehidupan, tetapi mereka tidak pernah menanggalkan identitas diri mereka secara cuma-cuma. Seorang perempuan tangguh senantiasa mengenali diri mereka. Kelemahan tidak dijadikan sebagai penghambat terbesar untuk terus bertingkah progresif. Situasi dan kondisi adalah kawan mereka sehingga mampu menguasai segala masalah yang ada. Pergantian zaman selalu berlanjut, tetapi perjuangan perempuan tidak akan pernah redup.
Jika kita melihat mundur perjuangan para pahlawan perempuan pada masa kemerdekaan, seperti Dewi Sartika, Cut Nyak Dien, Martha Christina Tiahahu, dan seluruh perempuan berjasa lainnya, masyarakat tidak akan pernah memandang rendah perempuan saat ini. Akan tetapi, sebagian besar dari kita masih abai dan seakan tidak pernah ingin tahu tentang mereka. Menyedihkan sekali.
Posisi perempuan bukanlah semata-mata menjadi beban. Posisi perempuan sejajar dengan laki-laki. Dalam membangun negeri, semuanya memiliki kesempatan yang sama. Tidak perlu dibeda-bedakan atau menciptakan standar yang akan mengekang salah satu pihak. Jika mereka ingin menuntut ilmu setinggi langit, tidak masalah. Jika mereka punya cita-cita besar untuk menciptakan perubahan, bukan suatu angan yang mustahil. Kebebasan ada pada tangan mereka. Begitulah perempuan tangguh.
Perempuan tangguh tidak hanya terkenal dalam dunia literasi atau fiksi, mereka nyata wujudnya. Perlu disadari bahwa sosok ibu kita mampu menjelma sebagai apa-apa yang tidak kita punya sebelumnya. Ia merupakan figur terdekat yang memberikan ribuan dedikasi kepada anak juga keluarganya. Belum lagi, terdapat banyak ibu yang memilih untuk tetap berdiri saat ditinggalkan oleh pasangannya. Seharusnya, kita tidak lagi menganggap mereka sebagai makhluk yang tak bisa apa-apa. Beragam fakta sudah mendarat pada mata kepala kita. Mereka adalah sosok yang akan melahirkan generasi guna menumbuhkan sekaligus menyokong bangsa pada masa selanjutnya.